Tuesday, 13 March 2018

PEMBELAJARAN MIKRO (KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN

PEMBELAJARAN MIKRO
(KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN)


KATA PENGANTAR
            Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang keterampilan memberikan penguatan.
            Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan kami saling bekerjasama dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada anggota kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. 
             Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
            Akhir kata kami berharap semoga makalah  tentang keterampilan memberikan penguatan dapat bermanfaat untuk masyarakat, dan dapat menjadi inspirasi terhadap pembaca.


Bandar Lampung, Oktober 2017

Penulis






DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL............................................................................        i
KATA PENGANTAR.........................................................................        ii
DAFTAR ISI.........................................................................................        iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang..................................................................................        1
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................        2
1.3  Tujuan................................................................................................        2

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Definisi Dualisme..............................................................................        3
2.2 Jenis –jenis Dualisme.........................................................................        5
2.3 Pengaruh Dualisme dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia
...........................................................................................................        7
2.4 Cara Penggunaan Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran.........        10
2.5 Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran..........        11
2.6 Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran........        11

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan........................................................................................        12
3.2  Saran..................................................................................................        12

DAFTAR PUSTSAKA









BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara siswa di dalam suatu kelas.

      Semua usaha yang dilakukan guru di dalam pembelajaran mengacu pada bagaimana memfasilitasi siswa mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Pencapaian kompetensi tidak mungkin terjadi tanpa melibatkan secara langsung di dalam pembelajaran. Oleh sebab itu guru mestinya merencsiswaan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif di dalam proses pembelajaran.

      Partisipasi siswa di dalam pembelajaran sebaiknya diberikan tanggapan balik oleh guru sehingga siswa termotivasi untuk mengulangi aktivitas tersebut dengan kualitas yang lebih baik. Tanggapan yang diberikan guru sesaat setelah siswa berpartisipasi disebut penguatan atau reinforcement. Reinforcement berbeda dengan reward. Reward merupakan hadiah keberhasilan siswa yang mencapai hasil memuaskan dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai bentuk penguatan dapat dikombinasikan oleh guru, sehingga tidak terkesan mengada-ada, tidak alami atau tidak spontan.

      Keterampilan dasar memberikan penguatan perlu dimiliki oleh seorang guru, karena terkadang guru suka bersikap dingin terhadap respon yang diberikan siswa ketika di kelas. Sepertinya pemikiran tersebut tidak dihargai. Tentu hal ini dapat mengakibatkan melemahnya motivasi dalam belajar. Tanpa motivasi, mungkin tidak akan tercipta pembelajaran yang kondusif.

      Dengan demikian, seorang guru harus mampu untuk menjaga motivasi belajar siswanya agar dapat mencapai suatu hasil yang optimal ketika melakukan suatu proses pembelajaran.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan penguatan dalam pembelajaran?
2.      Apakah komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan?
3.      Bagaimana prinsip penggunaan penguatan?
4.      Bagaimana cara penggunaan pemberian penguatan dalam pembelajaran?
5.          Apa saja kelebihan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran?
6.          Apa saja kelemahan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran?

1.3  Tujuan
1.        Untuk mengetahui pengertian dari penguatan dalam pembelajaran.
2.        Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian                           penguatan.
3.        Untuk mengetahui prinsip penggunaan penguatan.
4.        Untuk mengetahui cara penggunaan pemberian penguatan dalam pembelajaran.
5.        Untuk mengetahui kelebihan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran.
6.        Untuk mengetahui kelemahan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran.





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Misalnya dalam penguatan negatif, guru memberikan sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu materi pelajaran.
2.1.1  Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain.
1.      Meningkatnya perhatian dalam belajar.
2.      Membangkitkan dan memelihara perilaku.
3.      Menumbuhkan rasa percaya diri.
4.      Memelihara suasana belajar yang kondusif.
5.      Meningkatkan perhatian siswa
6.       Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa;
7.        Memudahkan siswa belajar
8.      Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik.
Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan.
Sedangkan menurut beberapa ahli diantaranya menurut Moh. Uzer Usman (2013: 81), penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar dan bertujuan sebagai berikut:
a)      Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b)      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
c)      Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Marno & M. Idris (2014: 130 131), mengemukakan beberapa tujuan pemberian penguatan yaitu:
a)      Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar.
b)      Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
c)      Mengarahkan pengembangan berfikir siswa ke arah berfikir yang baik atau divergen.
d)     Mengatur dan mengembangkan diri anak dalam proses belajar.
e)      Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif dan mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

Menurut pendapat Saidiman dalam (Hamzah B. Uno, 2010:65) keterampilan memberi penguatan bertujuan untuk:
a)      Meningkatkan perhatian siswa.
b)      Melancarkan atau memudahkan proses belajar.
c)      Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
d)     Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.
e)      Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
f)       Mengarahkan pada cara berfikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan memberi penguatan perlu mendapat perhatian, sebab penguatan yang diberikan guru berpengaruh besar terhadap motivasi siswa untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.

2.2 Komponen-Komponen yang Terdapat Dalam Pemberian  Penguatan
2.2.1  Penguatan Verbal
Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan. Segala ungkapan kata-kata yang dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas siswa termasuk ke dalam penguatan verbal.
Tanggapan guru yang berupa kata-kata pujian, dukungan, dan pengakuan dapat digunakan untuk memberikan penguatan atas kinerja peserta didik. Peserta didik yang telah mendapatkan penguatan akan merasa bangga dan termotivasi untuk meningkatkan kembali prestasi belajarnya..
Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu melalui kata-kata dan melalui kalimat. Penguatan dalam bentuk kata-kata dapat berupa: benar, bagus, tepat, bagus sekali, ya, baik, dan lain sebagainya. Sedangkan penguatan dalam bentuk kalimat dapat berupa kalimat:
a)      “Pekerjaanmu baik sekali”.
b)      “Saya sengang dengan pekerjaanmu”.
c)      “Pekerjaanmu makin lama makin baik”.
d)     “Contoh yang kamu berikan tepat sekali”.
e)      “Jawaban kamu lengkap sekali”.

2.2.2  Penguatan Non Verbal
Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. Banyak bentuk pemberian penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak membosankan bagi siswa. Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat dibedakan dalam kategori berikut.
1) Mimik dan gerak badan
Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau lebih yang berinteraksi saling berhadapan. Selama proses interaksi tersebut dipertahankan agar mimik muka atau wajah tidak cemberut, dingin, tanpa ekspresi, dan tampilan-tampilan lain yang menimbulkan kesan tidak simpatik. Selama proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru berlangsung terus menerus selama waktu 2 x 40 menit atau 2 x 45 menit.
Selama selang waktu yang relatif panjang tersebut diharapkan siswa berpartisipasi secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi positif tersebut guru secara berkesinambungan memberikan berbagai penguatan. Salah satu bentuk penguatan tersebut adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa takjub dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan lain-lain. Variasi-variasi tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2) Mendekati
Setiap siswa memiliki kecenderungan yang sangat mungkin berbeda dengan temannya. Ada siswa yang senang dipuji dan dibesarkan hatinya dengan kata-kata manis dan simpatik, ada siswa yang puas hanya dengan senyuman atau tatapan bangga sesaat dari gurunya. Tapi ada siswa yang berharap lebih dari itu. Mereka lebih senang kalau guru berada di sampingnya saat memberikan penguatan.
Tipe siswa yang lebih suka didekati tersebut. Sebaiknya guru berusaha memenuhi harapan tersebut. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan ke tempat siswa yang baru saja memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan, atau memberi penjelasan. Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan secara fisik, tetapi digabung dengan bentuk penguatan yang lain, sehingga tidak terkesan hambar atau dingin.
3) Sentuhan
Kontak fisik atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri bagi sekelompok siswa. Bagi siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan, melengkapi jawaban temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan atau meralat argumentasi temannya, guru dapat memberikan penguatan dengan menyalami, menepuk-nepuk pundak siswa, membelai kepala siswa atau sentuhan lain yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.
4) Kegiatan yang menyenangkan hati siswa
Guru yang profesional berusaha mengenal kecenderungan dan karakter semua siswanya. Guru berusaha mengetahui hal-hal seperti apa yang lebih disenangi oleh siswa. Sehingga apabila diberikan suatu tugas, mereka merasa senang melakukannya.
Sehubungan dengan pemberian penguatan di dalam pembelajaran fisika guru juga dapat memilih aktivitas yang membuat siswa senang. Misalnya, mengajukan pertanyaan yang bersifat kompetisi dalam menjawab, memperagakan sesuatu di depan kelas, mengerjakan latihan berbentuk teka-teki silang, melakukan studi tour, atau memberikan tugas proyek dan banyak lagi aktivitas lain yang dapat dipilih dan divariasikan.
Bentuk kegiatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan kesenangan siswa di dalam belajar fisika. Misalnya, apabila kelas tersebut dinominasi oleh siswa yang senang berolahraga. Pada saat mempelajari gerak dalam bidang, guru membawa siswa ke lapangan untuk memperagakan berbagai bentuk gerak parabola, gerak melingkar, ataupun gerak pada bidang miring.
5) Simbol atau benda
Bentuk lain dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan mainan kecil dan lucu atau alat tulis, atau mungkin hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi secara aktif di dalam pembelajaran.
Bagi siswa yang mendapatkan  hadiah, pemberian tersebut  akan mendorong dia untuk tampil lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih bersemangat, juga ingin mendapat hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan prestasi mereka dalam belajar fisika. Hadiah dapat memberi kebanggaan dan mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan berikutnya.
6) Penguatan tak penuh
Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau tidak benar tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberikan penguatan tetapi tidak penuh, misalnya “Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang tepat”. Kemudian guru meminta siswa lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah.
2.3  Prinsip Penggunaan Penguatan
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan, sebagai berikut.
1.       Hangat dan Antusias
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja tidak mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang bertujuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif.
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa yang tadinya malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran. Jadi apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sikap antusias yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif.
2.       Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa. Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa belajar fisika membuat mereka jadi tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui tersebut membantu mereka menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang mungkin sebelumnya membuat mereka penasaran atau bingung.
3.      Menghindari respon negatif
Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya di dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif. Tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa di hadapan teman-temannya. Contoh.
Guru tahu ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat memperagakan. Guru berpikir mungkin si siswa sudah paham, jadi demonstrasi itu tidak menarik buat dia.
Guru menganggap semua siswa sudah paham dan bersiap untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan jangka sorong.
Guru menunjuk siswa yang tadinya tidak memperhatikan untuk membaca hasil pengukuran dan menyampaikan kepada teman-temannya. Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan.
Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional guru tidak langsung menyalahkan atau memarahi siswa karena tidak memperhatikan sewaktu guru menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk melaksanakan tugas itu dan siswa tadi disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang menggantikan tugas tadi guru memberi penguatan dan kepada siswa pertama. Guru memberikan dorongan agar belajar lebih tekun atau lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak perlu mengeluarkan ucapan, “Makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan sok tahu!!”
Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi kelas. Tidak hanya siswa yang mendapat perlakuan tidak enak saja yang terpengaruh, siswa lain akan ikut terkena dampaknya. Perasaan tenang yang dirasakan siswa-siswa lain bisa berubah menjadi tertekan, takut, cemas, dan was-was akan menghantui mereka. Suasana yang tadinya santai dan nyaman bagi sebagian siswa berubah menjadi menegangkan. Akibatnya mereka tidak konsentrasi lagi mengikuti pelajaran. Khawatir hal yang sama menimpa mereka.
Siswa yang menerima perlakuan atau tanggapan yang tidak mengenakan atau bersifat negatif, bukannya akan menjadi bersemangat. Tetapi malah semakin mundur. Dia malu dengan guru dan teman-temannya. Merasa diadili, dipersalahkan, dinilai tidak mampu, dan berbagai perasaan lainnya. Ini dapat berakibat tumbuhnya rasa antipati terhadap guru dan pelajaran fisika dan menimbulkan ketidaknyamanan dan lebih ekstrim lagi menimbulkan dendam dan rasa benci. Jadi sebaiknya guru tidak pernah memberikan tanggapan negatif terhadap siswa. Guru boleh menghukum atau memarahi siswa, tetapi harus dengan santun dan penuh rasa kasih orang tua kepada siswanya.
4.       Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.


5.      Variasi bentuk penguatan
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1  atau 2 jam pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup lama untuk menjaga interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk mempertahankan semangat belajar.

Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama selang waktu tersebut. Tentu saja beragam pula pertisipasi yang bisa diberikan oleh siswa. Setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu hidup, guru harus pintar memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil menganggukan kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya. Sehingga ucapan atau tanggapan yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam waktu terbatas.

2.4 Cara Penggunaan Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Pada umumnya penghargaan mempunyai pengaruh yang positif dalam kegiatan belajar mengajar, yakni mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan prestasinya. Menurut pendapat Barnawi dan Mohammad Arifin (2012: 211 – 212), menyebutkan beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberi penguatan (reinforcement), yaitu:
1.       Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan. Karena apabila tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
2.      Penguatan kepada kelompok
Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya “Bapak sangat senang kalian menyelesaikan tugas ini dengan baik”. Dapat juga memberikan sebuah penghargaan lain.
3.      Pemberian penguatan dengan cara segera
Penguatan dengan cara segera adalah penguatan yang diberikan sesegera mungkin setelah muncul respons peserta didik yang diharapkan. Penguatan yang sempat tertunda tidak akan efektif. Bahkan, dapat menimbulkan kesan kepada peserta didik bahwa guru kurang peduli terhadap mereka.


4.           Variasi dalam penggunaannya
Guru hendaknya memberikan penguatan yang bervariasi. Tidak tebatas pada satu jenis saja. Apabila penguatan yang diberikan hanya sejenis saja, akan menimbulkan kebosanan dan lama kelamaan penguatan tersebut tidak akan efektif. Di samping itu, apabila guru menggunakan penguatan yang itu-itu saja, peserta didik akan menjadikannya sebagai bahan tertawaan. Biasanya peserta didik akan ikut-ikutan menggunakan penguatan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat digunakan memberikan penguatan, yaitu penguatan kepada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok peserta didik, pemberian penguatan dengan cara segera dan variasi dalam penggunaannya. Penghargaan diberikan sebagai respon guru terhadap hasil perilaku siswa atau sekelompok siswa, seperti siswa memperoleh nilai tertinggi di kelas, siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat, siswa atau sekelompok siswa telah berani maju ke depan kelas. Penghargaan yang diberikan guru tidak hanya terbatas pada pemberian ucapan atau kata-kata tetapi juga dapat diwujudkan dengan tindakan guru kepada siswa seperti memberikan tepuk tangan, memberi senyuman, memberikan tanda bintang dan sebagainya. Penghargaan yang diberikan dalam pembelajaran diberikan kepada siswa maupun sekelompok siswa sesuai dengan prestasinya.

2.5  Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
1.      Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2.      Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3.      Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4.      Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5.      Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
2.6  Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut.
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.

























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu.
Komponen-komponen yang terdapat dalam pemberian penguatan, antara lain penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal adalah respon yang ditunjukkan secara lisan atau ucapan terhadap suatu perilaku. Penguatan non verbal adalah respon yang ditunjukkan dengan perbuatan-perbuatan yang berupa mimik, gerak badan, mendekati siswa, menyentuh, hal yang menyenangkan hati siswa, simbol atau benda, dan penguatan tak penuh.
Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan, antara lain memberikan kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, menghindari respon negatif, pemberian penguatan dengan segera, dan memvariasikan bermacam-macam bentuk penguatan.
Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain penguatan kepada pribadi tertentu dan penguatan kepada kelompok.
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi, dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif, dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri, dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif, dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Pemberian penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut akan menyebabkan siswa enggan belajar. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal.

3.2 Saran
3.2.1 Saran untuk Pembaca
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca terutama untuk para calon guru atau pendidik dapat lebih mengetahui keterampilan dalam memberikan penguatan dalam proses pembelajaran. Sehingga hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik, dan suasana di dalam kelas tercipta menyenangkan dan tidak tegang.


3.2.2 Saran untuk Pendidik

Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pendidik yang sebelumnya tidak pernah atau jarang dalam memberikan penguatan menjadi tahu bahwa penguatan dalam proses pembelajaran sangat penting dikarenakan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Sebaiknya para pendidik menghindari respon negatif, karena hal tersebut dapat membuat siswa tertekan.

Thursday, 8 March 2018


MAKALAH
APLIKASI TI (TEKNOLOGI INFORMASI) DALAM ASESSMENT


KATA PENGANTAR

               Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Aplikasi TI (Teknologi Informasi) Dalam Asessment” tepat pada waktunya.
              Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Maka harapan saya sekiranya makalah ini sesuai dengan harapan bapak/Ibu dosen pembimbing mata kuliah yang dimaksud.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kelemahan dan kekurangnnya, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
          Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca.

                                                             
Bandar Lampung,    Maret  2018
                                                                                                  Penulis

      KELOMPOK IV




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................        i
KATA PENGANTAR...........................................................................        ii
DAFTAR ISI..........................................................................................        iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................        1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................        1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................        1
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................        2

BAB II ISI
2.1 Pengertian Aplikasi Instrumentasi.............................................        3
2.2 Pengertian Teknologi Informasi..................................................        3
2.3 Pengertian Komputer....................................................................        4
2.4 Asesmen dalam BK.......................................................................        5

BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kompetensi Konselor Tentang Asesmen.................................        7
3.2 Penggunaan Komputer Dalam Asesmen BK..........................        9
3.3 Aplikasi TI dalam Asesmen BK...................................................        10
3.4Program Microsoft Excel sebagai Alternatif
     Pengembangan Aplikasi Pengembangan Instrumen
     Assesmen Bimbingan dan Konseling........................................        11

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................        14
4.2 Saran...............................................................................................        14

REFERENSI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangatlah cepat berkembang sehingga dalam hal ini komputer sudah merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari, karena terbukti bahwa keberadaan dan kehadirannya memang sangatlah diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan-pelaksanaan tugas-tugas, baik di kantor, sekolah, maupun ditempat umum.
Berbagai macam program software diciptakan dan dikembangkan untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan pekejaannya. Seperti Microsoft Word, Microsoft Excel atau SPSS dan Access dan lain-lain yang dapat dijadikan alat untuk mengolah dan menyimpan hasil dari proses pengambilan data assesmen. Bukan hanya itu, sekarang ini banyak peneliti yang mengembangkan perangkat lunak yang bertujuan untuk memudahkan kerja guru bimbingan konseling di sekolah.
Maka pada zaman yang modern ini, teknologi sangat berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan, salah satunya pendidikan dibidang bimbingan dan konseling. Konselor dapat memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pendukung kerja BK, terutama dalam asesmen BK.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan aplikasi teknologi informasi dalam asesmen BK?

1.3 Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan tentang penggunaan aplikasi teknologi informasi dalam asesmen BK dengan menggunakan komputer.

1.4 Manfaat Penulisan
Bagi praktisi pendidikan, khususnya guru bimbingan dan konseling, dapat dijadikan sebagai bahan bacaan akan penggunaan aplikasi ti dalam asesmen BK dan dapat menerapkannya dalam bimbingan konseling sebagai perwujudan perkembangan teknologi.





BAB II
ISI

2.1 Pengertian Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi adalah upaya pengungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrumen tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling.
Tujuan umum aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu klien. Saat ini kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan layanan konseling. Dengan menggunakan data tersebut, penyelenggaraan layanan konseling terhadap klien terhadap klien akan lebih efektif dan efisien.
Kegiatan aplikasi instrumen mempunyai fungsi pemahaman. Data hasil aplikasi instrumentasi digunakan untuk  memahami kondisi klien seperti potensi dasar, bakat dan minat, kondisi diri dan lingkugan, masalah yang dialami, dan sebagainya.

2.2 Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah segala sesuatu yang mendukung kita untuk me-record, menyimpan, memproses, mendapat lagi, memancar / menghantar dan menerima informasi (Behan & Holmes. 1990. Understanding of Information Technologies. Prentice Hall).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkumi semua aspek yang berhubungan dengan mesin (komputer dan telekomunikasi) dan teknik yang digunakan untuk menangkap (mengumpul), menyimpan, memanipulasi, menghantar dan mempersembah suatu bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk idea dan informasi memainkan peranan yang penting. Pengumpulan, pemprosesan, penyimpanan dan penyebaran informasi suara, gambar, teks dan nombor oleh gabungan pengkomputeran dan telekomunikasi yang berasaskan mikroelektronik. Teknologi informasi adalah suatu kosa kata baru dalam khasanah bahasa kita; teknologi informasi mengabungkan bidang teknologi seperti pengkomputeran, telekomunikasi dan elektronik dan bidang informasi seperti data, fakta dan proses.

2.3 Pengertian Komputer
Komputer/sistem komputer digunakan untuk menerima, menyimpan, memproses, mempersembahkan data dan informasi. Yang dimaksud dengan sistem komputer meliputi hardware, software komputer dan teknologi storan/penyimpanan.

Sistem komputer terdiri dari 5 komponen, yaitu:
1.    Komputer
Terdapat empat bagian utama yang terdapat dalam komputer, yaitu:
a.    Input : Segala data, fakta dan informasi yang masuk ke dalam Input masuk bisa melalui keyboard, mouse, kartu magnetik dan skrin sentuh.
b.    Pemproses : Nadi semua aktivitas komputer adalah Unit Pemprosesan Pusat(CPU). Kecepatan pemproses teragantung kepada tinggi rendahnya MHz, MIPS, MFLOPS, dan memori RAM (MB, GB). Halaman 9 dari 22
c.    Output : Segala apa yang keluar dari hasil pemprosesan sistem komputer, berupa salinan lembut(softcopy) dan salinan keras(hardcopy).
d.    Storan Sekunder : Tempat penyimpan, dapat berupa magnetic dan cahaya.

2.    Software
Software terdiri dari software sistem (sistem pengoperasian, Windows, Linux) dan software aplikasi (pemproses kata, hamparan elektronik dan pengelolaan pangkalan data).
3.    Informasi
Bentuk informasi yang sering digunakan dalam istilah teknologi informasi dapat dikualifikasikan dalam bentuk sebagai berikut : (a) bentuk data, teks, suara, bunyi, gambar dan video, (b) bentuk digital dan bukan digital. Adapun sebuah informasi bisa dikatakan berguna apabila tersedia apabila diperlukan; sesuai dengan keadaan dan konsisten.

4.    Pemrograman
Tatacara tatacara operasi, tatacara salinan dan pemulihan, tatacara keamanan data dan tatacara pembangunan sistem.

5.    Manusia
Unsur manusia yang paling penting terbagi dua kategori, yaitu pengguna (novis, sederhana, pakar) dan Profesional (pekerja sistem informasi).

6.    Komunikasi
Yang digunakan untuk penghantaran dan penerimaan data dan informasi (hardware, pemerograman dan informasi). Suatu perantaraan untuk menghantar dan mencapai informasi. Persoalan yang timbul ialah berapa cepat dan banyak informasi yang bisa dihantarkan alat penghantaran. Perkembangan terkini penghantaran tergantung kepada bahan perantaraan /jenis isyarat. Terdapat empat teknik penghantaran, yaitu: Bahan perantaraan/jenis isyarat, kuprum (isyarat elektronik: analog/ digital), gentian optik (isyarat cahaya), dan udara (isyarat mikrogelombang).

2.4 Asesmen dalam BK
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan / kompetensi yang dimiliki oleh klien dalam memecahkan masalah.  Asesmen yang dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi  beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang  ditetapkan dan dikembangkan  oleh  Guru BK/ Konselor sekolah. Asesmen yang diberikan kepada klien merupakan pengembangan  dari area kompetensi dasar pada diri klien yang akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada umumnya asesmen bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri, performance test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, asesmen merupakan hal yang penting dan harus  dilakukan dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah karena asesmen yang tidak memadai  akan menyebabkan tritmen gagal; atau bahkan dapat memicu munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan diri klien.  Meskipun menjadi dasar dalam melakukan tritmen pada klien, tidak berarti konselor harus menilai (to assess) semua latar belakang dan situasi yang dihadapi klien pada saat itu jika tidak perlu. Kadangkala konselor menemukan bahwa ternyata   “hidup” klien sangat menarik. Namun demikian tidaklah efisien dan tidak etis untuk menggali semuanya selama hal tersebut tidak relevan dengan tritmen yang diberikan untuk mengatasi masalah klien. Karena itu, setiap guru pembimbing/ konselor perlu berpegang pada pedoman pertanyaan sebelum melakukan asesmen; yaitu “Apa saja yang perlu kuketahui mengenai klien?”. Hal itu berkaitan dengan apa saja yang relevan untuk mengembangkan intervensi atau tritmen yang efektif, efisien, dan berlangsung lama bagi klien.







BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kompetensi Konselor Tentang Asesmen
Kompetensi konselor Indonesia yang telah disiapkan oleh ABKIN yang tertuang dalam Naskah Akademik tahun 2007 menuntut para konselor sekolah untuk dapat menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan. Untuk menjawab tantangan itu para konselor dihadapkan pada bagaimana memahami setiap peserta didik secara mendalam. Pemahaman terhadap peserta didik secara mendalam diawali dengan kegiatan asesmen. Penguasaan konselor sekolah terhadap konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli menjadi mutlak diperlukan. Kenyataan di lapangan, pelaksanaan asesmen di sekolah disamping memerlukan penguasaan pengetahuan, praktek dan sintesis juga sangat menyita waktu dan tenaga konselor di sekolah. Oleh karena itu, dimungkinkan untuk menggunakan komputer sebagai alat bantu asesmen untuk memperlancar kegiatan asesmen tersebut.
Konselor dalam menguasai konsep dan praktik asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, meliputi :
·         Menguasai hakikat asesmen
·         Memilih teknis asesmen, sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling
·         Menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling
·         Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli
·         Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar cenderung pribadi konseli
·         Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan  kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan.
·         Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling
·         Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat
·         Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik assesmen

Stone (1981), menyatakan bahwa asesmen bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua macam :
1.    Asesmen teknik tes
Kelebihan alat tes adalah dengan alat tes dapat membandingkan persamaan dan perbedaan, tetapi tidak dapat menjaring kehidupan batin keduanya. Penggunaan teknik tes mempersyaratkan penguasaan kompetensi khusus yang hanya dapat diperoleh melaui jalur pelatihan sertifikasi tes psikologis dalam bimbingan dan konseling. Materi tes terdiri dari : tes kemempuan umum (intelegensi) tes kemampuan khusus (bakat), tes minat jabatan, tes kreativitas.

2.    Asesmen teknik non tes
Penggunaan asesmen teknik non tesdimaksudkan untuk data tentang in the light (kehidupan batin dan pikiran, emosi, minat) dan ciri-ciri yang nampak secara umu m yaitu karakteristik, kemempuan sosilanya.
Penggunaan teknik non tes memerlukan pengetahuan, praktek,dan sintesis derkaitan dengan asesmen non tes yang diperoleh melaui pendidikan prajabatan  sarjana bimbingan dan konseling saja dan tidak memerlukan pelatihan khusus seperti sertifikasi tes.
Jenis Asesmen non tes antaralain : autobiografi, catatan anekdotet,catatan kumulatif, inventori (DCM) , kuesioner data murid, observasi, rekaman kumulatif, skala rating, studi kasus, teknik sosiometri, tes who am i, wawancara atau interview, dan lain-lain.

Pelaksanaan asesmen di lapangan :
·         Membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan dalam asesmen
·         Membutuhkan personil konselor yang cukup banyak
·         Membutuhkan waktu yang cukup lama baik dalam pelaksanaan maupun administrasi asesmen

3.2 Penggunaan Komputer Dalam Asesmen BK
Adapun penggunaan komputer untuk alat bantu asesmen ini ada beberapa alternatif :
·         Membeli software asesmen dan menggunakannya. Sudah ada beberapa software asesmen dipasaran seperti Analisis Tugas Perkembangan (ATP), AUM terkomputerisasi, namun software Tes Psikologis dalam bimbingan dan konseling yang telah dikembangkan.
·         Menggunakan komputer sebatas untuk penyususnan laporan dan pendokumentasian hasil asesmen.
·         Mengembangkan sendiri aplikasi instrumen untuk keperluan asesmen dengan program-program aplikasi perkantoran yang sering dipakai oleh konselor sekolah.

Kendala yang mungkin terjadi dalam mengembangkan sendiri aplikasi instrumen asesmen dengan program-program aplikasi perkantoran ini antara lain :
·         Ada konselor sekolah yang belum bisa atau tidak familiar menggunakan computer
·         Ada konselor sekolah yang sudah familiar menggunakan komputer tetapi belum tahu ternyata program aplikasi perkantoran yang sering dipakainya dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi instrumen asesmen.

3.3 Aplikasi TI dalam Asesmen BK
Adanya aplikasi teknologi informasi dalam asesmen bimbingan dan konseling turut membantu untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah. Asesmen itu sendiri berasal dari bahasa Inggris, Echols, J. M. dan Shadily, H. (1995: 41) assessment yaitu “1. Taksiran, penaksiran. 2. Penilaian. 3. Beban, pembebanan, pemikulan”. Fungsi asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang lengkap sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak.

Temuan penelitian dari Kartadinata, S., dkk menunjukan bahwa ‘program bimbingan dan konseling di sekolah akan efektif apabila didasarkan kepada kebutuhan nyata dan kondisi objektif peserta didik.’ Merujuk pada hasil penelitian tersebut, maka dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan perangkat lunak ATP (Analisis Tugas Perkembangan) siswa yang bertujuan untuk memudahkan konselor mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah.

Analisis Tugas Perkembangan atau ATP adalah perangkat lunak yang khusus dibuat untuk membantu mengolah ITP. ATP bertujuan untuk memudahkan pembimbing melakukan analisis tingkat perkembangan siswa yang dibimbingnya, baik yang dibimbing secara individual maupun yang dibimbing secara kelompok. ATP inilah yang menjadi salah satu dari aplikasi teknologi informasi dalam asesmen bimbingan dan konseling. Proses analisis ini dimulai dengan penyusunan instrumen, yaitu ITP (inventori Tugas Perkembangan) yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu sekaligus mengukur tingkat perkembangan siswa baik siswa SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi (mahasiswa).

Perumusan ITP didasarkan pada hasil penelaahan terhadap tugas-tugas perkembangan peserta didik, baik SD, SMP, SMA maupun PT. Kemudian hasil atau data yang diperoleh tersebut dianalisis melalui ATP yang memang digunakan khusus untuk memberikan skor atau analisis pada hasil atau lembar jawaban ITP. Hasil pengolahan skor atau data dalam bentuk grafik akan memudahkan dlam pembacaan hasil, dengan begitu guru bimbingan dan konseling atau konselor bisa mengetahui tingkat perkembangan siswa yang dibimbingnya dengan cepat dan mudah. Selain itu informasi yang lengkap untuk merencanakan program pembelajaran bagi anak dapat diperoleh dengan mudah. Namun secara tidak langsung dengan kemudahan yang ada tersebut konselor dituntut untuk mampu mengoperasikannya dengan baik.

3.4Program Microsoft Excel sebagai Alternatif Pengembangan Aplikasi Pengembangan Instrumen Assesmen Bimbingan dan Konseling
Wikipedia (2003) memberikan definisi Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk sistem operasi Microsoft Windows dan Mac OS. Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik yang, dengan menggunakan strategi marketing Microsoft yang agresif, menjadikan Microsoft Excel sebagai salah satu program komputer yang populer digunakan di dalam komputer mikro hingga saat ini.

Bahkan, saat ini program ini merupakan program spreadsheet paling banyak digunakan oleh banyak pihak, baik di platform PC berbasis Windows maupun platform Macintosh berbasis Mac OS, semenjak versi 5.0 diterbitkan pada tahun 1993. Aplikasi ini merupakan bagian dari Microsoft Office System, dan versi terakhir adalah versi Microsoft Office Excel 2007 yang diintegrasikan di dalam paket Microsoft Office System 2007.
Alasan penggunaan program aplikasi perkantoran Microsoft excel adalah mengacu pada potensi penggunaan program komputer non internet yang disampaikan oleh Cabaniss (2003) Perangkat teknologi komputer non internet spreedsheets / Microsof Excel berpotensi digunakan oleh konselor untuk tata kearsipan, data organisasi, informasi klien; dan penelitian. Pencarian dan penggalian potensi lain dari program microsoft excel untuk layanan bimbingan dan konseling dilakukan. Penggalian potensi ini dilakukan dengan mencoba mengutak-atik program microsoft excel untuk memahami program ini lebih dalam. Ada beberapa referensi yang diacu antara lain rajin membaca buku komputer berkaitan dengan microsoft excel dan mencari sumber dari internet.

Selanjutnya pengembangan aplikasi instrumen asesmen bimbingan dan konseling ada dua macam, yaitu contoh instrumen tes berupa pengembangan skala multiple intelegence berbasis komputer untuk penelusuran bakat minat dan contoh instrumen nontes who am i

·         Instrumen tes
Pengembangan skala multiple intelegence berbasis komputer untuk penelusuran bakat minat. Untuk mengembangkan Aplikasi Skala Multiple Intelegence dengan Microsoft Excel, memerlukan beberapa worksheet atau lembar kerja, antaralain :
1)    Lembar kerja halaman depan
2)    Lembar kerja petunjuk tes
3)    Lembar kerja soal minat
4)    Lembar kerja analisis data minat
5)    Lembark kerja laporan individu minat

·         Instrumen non tes
Instrumen non tes who am i diberikan untuk sedikit memberikan gambaran individu tentang diri mereka sendiri. Pengembangan aplikasi instrumen non tes who am i ini menggunakan :
1)    Lembar kerja halaman kerja
2)    Lembar kerja entri data
3)    Lembar kerja laporan





BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komputer merupakan hasil dari pengembangan teknologi komunikasi dan informasi yang mampu mempermudah semua pekerjaan manusia. Jadi dapat diartikan bahwa computer merupakan suatu perantara dalam mempermudah pencarian informasi dan pemberian informasi atau biasa disebut dengan komunikasi. Model pemberian informasi bisa berupa presentasi, atau bisa juga menggunakan web atau internet. Lalu mengenai aplikasi TI yang digunakan dalam melakukan assesmen BK, guru bk bisa menggunakan microsoft word yang dapat menjadi alat untuk membuat instrumen dalam melakukan assesmen, seperti angket, kuisioner dan lain sebagainya. Microsoft Excel atau SPSS dan Access dapat dijadikan alat untuk mengolah dan menyimpan hasil dari proses pengambilan data assesmen. Dan juga perangkat lunak lainnya yang dikhususkan untuk membantu pencapaian tujuan dalam bimbingan konseling bagi guru bimbingan konseling, seperti ATP, AUM terkomputerisasi dll.

4.2 Saran
Teknologi informasi yang sangat berkembang sesuai perkembangan zaman inipun hendaknya dapat dimanfaatkan dengan baik bagi berbagai pihak, khususnya bagi guru bimbingan konseling yang harus mengikuti perkembangan teknologi berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan konseling ini, agar bimbingan konseling tidak hanya menjadi upaya pendidikan yang kuno, melainkan menjadi bimbingan konseling modern yang menggunakan aplikasi-aplikasi teknologi informasi dalam pelaksanaan layanannya.  Karena seharusnya guru bk atau konselor seyogyanya harus memiliki pemahaman dan kemampuan yang komprehensif dalam menggunakan aplikasi yang berkaitan seperti ATP tersebut. Atau bahkan penggunaan perangkat teknologi komputer no internet Microsoft Excel.





REFERENSI

Behan & Holmes, (1990). Understanding of Information Technologies. Prentice Hall.
Echols, J.M. & Shadily, H. (1995). Kamus Inggris Indonesia . Jakarta: PT Gramedia.
Hood, A.B., & Johnson, R.W., (1993). Assessment in Counseling: a Guide to the Use Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition.