MAKALAH
Teori Kepribadian Psikoanalisis
Sigmund Freud
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat rahmat dan karunia-Nya
jugalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Psikoanalisis Sigmund Freud”
tepat pada waktunya.
Makalah ini
dibuat untuk memberikan tambahan wawasan ilmu tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud, biografi Sigmun Freud,
pembahasan tentang struktur kepribadian,
dinamika kepribadian serta perkembangan kepribadian menurut Sigmun Freud.
Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan,
saran, serta bantuan yang telah diberikan untuk menjadikan makalah ini lebih
baik, kepada:
Semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala amal perbuatan yang
diberikan.
Penulis
menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis juga berusaha
semaksimal mungkin dalam
penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat menyempurnakan penulisan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga
penyusunan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar
Lampung, Senin, 26 Febuari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penulisan............................................................................... 2
1.5 Metode Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biografi Sigmund Freud................................................................... 3
2.2 Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud......................................... 3
2.3 Struktur Kepribadian ........................................................................ 3
2.4 Dinamika Kepribadian...................................................................... 7
2.5 Perkembangan
Kepribadian.............................................................. 8
2.6 Implikasi Teori
Kepribadaian Psikoanalisis terhadap Bimbingan
dan Konseling................................................................................... 13
2.7 Komentar Para Ahli
tentang Teori Psikoanalisis Freud..................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 15
3.2 Saran.................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara
Indonesia yang mempunyai kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan
perilaku seseorang, maka dengan adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi
seorang pribadi yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Setiap orang sama
seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang
diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita
sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas.
Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan
teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri
dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan
oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh
karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami
defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu
kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian
agar terbentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang
biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari. Psikologi
kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian
merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi.
Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki
kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya bahkan tidak semua
orang dapat memahami kepribadian dirinya sendiri. Hal itulah yang menjadi latar
belakang kami membuat makalah tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud,
seperti yang kita ketahui, bahwa teori kepribadian Sigmund Freud adalah yang
paling kontroversial. Teori Psikoanalisis, menjadi teori yang paling
komprehensif diantara teori kepribadian lainnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah teori kepribadian
psikoanalisis menurut Sigmund Freud ?
2.
Apa saja yang dibahas mengenai
kepribadian yang diungkapkan oleh Freud ?
1.3 Batasan
Masalah
1.
Biografi Sigmund Freud
2.
Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund
Freud
3.
Struktur Kepribadian
4.
Dinamika Kepribadian
5.
Perkembangan Kepribadian
6.
Implikasi Teori Keperibadian
Psikoanalisis terhadap Bimbingan dan Konseling
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih
dalam mengenai teori psikoanalisis Sigmund Freud, biografi Sigmund Freud,
struktur kepribadian, dinamika kepribadian serta perkembangan kepribadian
menurut Sigmun Freud. Selain itu tim penulis mengharapkan dengan adanya makalah
ini maka pembaca akan lebih memahami tentang apa yang ditulis dalam makalah
ini.
1.5 Metode
Penulisan
Metode yang
penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah pustaka. Metode pustaka
yaitu dengan mencari beberapa referensi dari berbagai judul buku. Dan dari
referensi itu dirangkum dan dikumpulkan serta diambil kesimpulan sehingga
makalah ini selesai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi
Sigmund Freud
Bapak
Psikoanalisis Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di
London, 23 september 1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal di Wina dan
baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. Sebagai anak muda Freud
bercita-cita ingin menjadi ahli ilmu pengetahuan dan dengan keinginan itu pada
tahun 1873 masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dan tamat pada tahun
1881. Sebenarnya Freud tidak bermaksud melakukan praktek sebagai dokter, tetapi
karena keadaan memaksa ( kurangnya faselitas bagi orang-orang Yahudi, makin
besarnya tanggungan keluarga) maka dia lalu melakukan praktek. Di dalam praktek
ini ternyata dia mendapat kepuasan karena mendapat kesempatan untuk melakukan
research dan menulis, sehingga jiwa penyelidiknya tidak tertekan.
2.2 Dasar Teori
Psikoanalisis Sigmund Freud
Sumbangan
Freud dalam teori psikologi kepribadian substansial sekaligus di antara teori
kepribadian substansial sekaligus kontroversial. Teori Psikoanalisis menjadi
teori yang paling komprehensif di antara teori kepribadian lainnya, namun juga
mendapat tanggapan yang banyak baik tanggapan positif maupun negatif. Peran
penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di
dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental Freud.
Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok
yaitu : struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan
kepribadian.
2.3 Struktur Kepribadian
Menurut
Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar, prasadar,
dan tak sadar. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang
lain, yakni :
a. Id ( Das Es ), Aspek Biologis Kepribadian
Id
Merupakan komponen kepribadian yang primitif, instinktif (yang berusaha untuk
memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id
berorientasi pada tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada
prinsip kesenangan (pleasure principle)
atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energi psikis. Maksudnya
bahwa id itu mmerupakan sumber dari instink kehidupan ( eros ) atau
dorongan-dorongan biologis ( makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb) dan instink
kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku.
b. Ego (Das Ich ), Ago spek Psikologis Kepribadian
Ego
merupakan eksekutif atau manager dari kepribadian yang membuat keputusan
(decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana
caranya atau sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi
kepada prinsip realitas (reality principle), peranan utama ego adalah sebagai
mediator (perantara) atau yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat
untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (external
social world) yang diharapkan.
c. Super Ego (Das Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super
ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma
masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Super ego berkembang pada
usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah
(rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah
lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya. Apabila
tingkah lakunya ternyata salah, tidak baik (bad) atau tidak sesuai dengan
ketentuan orang tuanya, kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa itu membentuk
kata hati (conscience) anak. Sedangkan apabila perkataan atau tingkah lakunya
baik (good) disetujui dan mendapat ganjaran dari orag tuanya, maka peristiwa
itu membentuk ego-ideal anak.
Karakteristik
Sistem Kepribadian Menurut Freud
ID
|
EGO
|
SUPEREGO
|
Sistem
asli (the true psychic reality), bersifat subjektif (tidak mengenal dunia
objektif), yang terdiri dari instink-instink, dan gudangnya (reservoir)
energi psikis yang digunakan oleh ketiga sistem kepribadian
|
Be
dan objektif berkembang untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia
nyata. Memperoleh energi dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif
(dunia nyata).
|
Komponen
moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem : kata hati (yang menghukum
tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar tingkah laku yang
baik).
|
TEMPRAMEN
|
SIFAT-SIFAT
|
1.
Sanguinis
|
a.
Sifat
dasar: periang, optimis, dan percaya diri.
b.
Sifat
perasaannya: mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius,
kurang dapat dipercaya karena kurang begitu konsekuen.
|
2.
Melankolis
|
a.
Sifat
dasar: pemurung, sedih, pesimis, kursng percaya diri.
b.
Sifat
lainnya: merasa tertekan dengan masa lalunya, sulit menyesuaikan diri,
berhati-hati, konsekuen, dan suka menepati janji.
|
3.
Koleris
|
a.
Sifat
dasar: selalu merasa kurang puas, bereaksi negatif dan agresif
b.
Sifat-sifat
lainnya: mudah tersinggung (emosional), suka membuat provokasi, tidak mau
mengalah, tidak sabaran, tidak toleran, kurang mempunyai rasa humor, cenderug
beroposisi, dan banyak inisiatif (berusaha).
|
4.
Plegmatis
|
a.
Sifat
dasar. Pendiam, tenang , netral ( tidak ada warna
Perasaan
yang jelas ), dan stabil.
b.
Sifat
lainnya : merasa cukup puas, tidak peduli ( acuh tak acuh ), dingin hati, (
tidak mudah terharu ), pasti, tidak mempunyai banyak minat, bersifat lambat,
sangat hemat, dan tertib/teratur.
|
Ketiga komponen di atas merupakan
suatu sistem kepribadian yang berkerja sebagai suatu tim dan dikordinasikan
(diatur) oleh ego. Freud membandingkan struktur kepribadian atau lapisan
kesadaran itu dengan gunung es yang menggambarkan bahwa menurut Freud kesadaran
itu terdiri atas tiga tingkat, yaitu sebagai berikut.
a. Kesadaran (Conscious)
merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental
ini memiliki kesadaran penuh (fully aware
). Melalui kesadarannya, individu mengetahui tentang : siapa dia,
b. Ambang Sadar (preconscious)
merupakan lapisan jiwa di bawah kesadaran, sebagai tempat penampungan dari
ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, namun dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat
di ingat kembali. Contoh : pada suatu saat kita lupa tentang apa yang telah
dipelajari, tetapi dengan sedikit konsentrasi dan asosisi tertentu kita bisa
mengingat kembali pelajaran tersebut.
c. Ketidak sadaran (unconsicious)
merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental individu. Area ini merupakn
gudang dari instink-instink atau pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan
(emotional pain ) yang direpres. Walaupun individu secara penuh tidak
menyadari keberadaan instink-instink tersebut, namun instink-instink itu aktif
berkerja untuk memperoleh kepuasan ( pleasure
principle )
2.4 Dinamika
Kepribadian
Freud memandang organisme manusia
sebagai sistem energi yang kompleks. Sistem energi ini berasal dari makanan
yang dimakannya dan dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan seperti :
peredaran darah, pernafasan, gerakan otot,-otot, pengamatan, berpikir dan
mengingat.
a. Instink
Insting merupakan kumpulan hasrat atau einginan (wishes ). Dalam kenyataan, instink hanya
merefeleksikan sumber-sumber kepuasan badaniah atau kebutuhan-kebutuhan (needs). Tujuan dari instink –instink
adalah meredukasi ketegangan (tension
reducation ) yang dialami sebagai suatu kesenangan.
Freud
mengklasifikasikan instink ke dalam dua kelompok yaitu :
1.
Instink
hidup (life instink: eros). Instink
hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku
secara positif atau konstruktif . insting ini meliputi dorongan-dorongan
jasmaniah, seperti: seks, lapar, dan haus.
2. Instink mati (death instink : thanataos ). Instink ini
merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yamg
bersifat negatif atau destruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan
dengan membawa dorongan untuk mati (keadaan tak benyawa = inanimate state). Pendapat ini di dasarkan kepada prinsip konstansi
dari Fechner yaitu bahwa semua proses kehidupan itu cenderung kembali kepada
dunia yang anorganis.
b. Pendistribusian dan Penggunaan Energi Psikis
Energi psikis ini
pada awalnya dimiliki sepenuhnya oleh id. Tetapi dalam proses pemenuhan
kebutuhan atau mencapai kepuasan dorongan (instink ) secara nyata dan proses
identifikasi nilai-nilai moral anak kepada orang tua, maka energi tersebut
mengalami pendistribusian di antara ketiga sistem keperibadian: id, ego, dan
superego
Id menggunakan energi
ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure
principle ) melalui :
1. Gerakan refleksi dan
2. Proses primer ( menghayal, atau berfantasi tentang
objek-objek yang dapat memuaskan instink )
Penggunaan energi untuk menghasilkan gerakan, baik
refleks maupun proses primer
di sebut kateksis ( daya dorong instink ). Oleh
karena proses primer ini ternyata tidak dapat memperoleh kepuasan, maka energi
tersebut dipinjam oleh ego untuk mencocokan antra apa yang digambarkan atau
dihayalkan dengan objek di dunia nyata melalui proses sekunder.
Mekanisme atau proses pengalihan
energi dari id ke ego, atau dari id ke superego disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan.
1.
Memuaskan
dorongan atau instink melalui proses
sekunder
2. Meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologis,
seperti : berpikir, belajar, mempersepsi, mengingat, menilai, mengkomparasi,
menganalisis, menggeneralisasi dan memecahkan masalah,
3. Mengekang atau menangkal id ( daya tangkal ini disebut
antikateksis) agar tidak bertindak
impulsif atau rasional dan
4.
Menciptakan
intergrasi di antra ketiga sistem kepribadian, dengan tujuan terciptanya
keharmonisan dalam kepribadian, sehingga dapat melakukan transaksi dengan dunia
luar (lingkungan ) secara efektif.
2.5 Perkembangan Kepribadian
Freud di pandang sebagai teoretisi
psikologi pertama yang memfokuskan perhatianya kepada perkembangan kepribadian.
Dan berpendapat bahwa masa kanak ( usia 0-5 tahun ) atau usia pragenital
mempunyai paranan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian atau karakter
seseorang.
Makna perkembangan kepribadian
menurut Freud adalah “Belajar tentang cara-cara baru untuk mereduksi ketegangan
itu terjadi bersumber kepada empat aspek, yaitu sebagai berikut.
a.
Pertumbuhan
Fisik. Seperti menstruasi dan mimpi pertama dapat menimbulkan perubahan aspek
psikologis, dan juga ada tuntutan baru dari lingkungan ( seperti dalam
berpakainan dan beringkah laku).
b. Frustrasi. Orang yang tidak pernah frustrasi tidak
akan berkembang. Jika anak dimanja. (over protection ) tidak akan berkembang
rasa tanggung jawab dan kemandiriannya.
c. Konflik. Ini terjadi anra id, ego dan superego.
Apabila individu dapat mengatasi setiap konflik yang terjadi di antara ketiga
komponen kepribadian tersebut, maka dia akan mengalami perkembangan yang sehat.
d.
Ancaman.
Lingkungan, di samping dapat memberikan kepuasan kepada kebutuhan atau dorongan
instink individu, juga merupakan sumber ancaman bagianya yang dapat menimbulkan
ketegangan. Apabila individu dapat mengatasi ancaman yang dihadapinya, maka dia
akan mengalami perkembangan yang diharapkan.
Menurut model perkembangan Freud di antaranya
kelahiran dan usia 5 tahun (usia balita),
anak mengalami tiga
tahap perkembangan yaitu : oral, dan
phalik. Ketiga tahap ini disebut juga masa pragenital. Setelah usia 5 tahun- tahap laten-dorongan seksual
cenderung direpres (ditekan). Setelah masa ini, anak mengalami masa kematangan
seksualnya yaitu tahap genital.
1. Tahap Oral (Oris = Mulut ) / (Usia 0 – 1 tahun)
Tahap oral adalah periode bayi yang masih menetek yang
seluruh hidupnya masih bergantung kepada orang lain. Pada masa libido
didistribusikan ke daerah oral sehingga perbuatan mengisap dan menelan menjadi
metode utama untuk mereduksi ketegangan dan mencapai kepuasan (kenikmatan).
2.
Tahap
Anal (Anus = Dubur ) (Usia 1 – 2/3 tahun)
Tahap ini berada pada usia kira-kira 2 samapai 3
tahun. Pada tahap ini libido terdistibusikan ke daerah anus. Anak akan
mengalami ketegangan, ketika duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa
buang air besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan ketegangan
dan pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat. Peristiwa ini disebut erotik anal. Setelah melewati masa
penyapihan, anak pada tahap ini dituntut untuk mulai menyesuaikan diri dengan
tuntutan orang tua ( lingkungan), seperti hidup bersih, tidak ngompol, tidak
buang air (kecil atau besar) sembarangan. Orang tua harus melatih kebersihan
dengan cara (toilet training), yaitu
usaha sosialisasi nilai-nilai sosial pertama yang sistematis sebagai upaya untuk
mengontrol dorongan-dorongan biologis anak.
3.
Tahap Phallik (Phallus = Dzakar ))
Tahap ini
berlangsung kira-kira usia 4 samapai 5 tahun. Pada usia ini anak mulai
memperhatikan atau senang memainkan alat kelaminya sendiri. Dengan kata lain,
anak memijat-mijat organ seksualnya sendiri yang menghasilkan kepuasan atau
rasa senang. Pada masa ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis,
terutama yang terkait dengan iklim kehidupan sosiopsikologis keluarga atau
perlakuan orang tua kepada anak. Pada tahap ini, anak masih bersikap “Selfish”, sikap mementingkan diri
sendiri, belum berorientasi ke luar, atau memperhatikan orang lain.
4.
Tahap Latensi
Tahap
latensi berkisar antara usia 6 samapai 12 tahun ( masa sekolah dasar ). Tahap
ini merupakan masa tenang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan
seks dihambat atau direpres (ditekan). Dengan kata lain masa ini adalah periode
tertahannya dorongan-dorongan seks dan agresif. Selama masa ini, anak
mengembangkan kemampuannya bersublimasi
(seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain, olah raga, dan kegiatan
–kegiatan lainya), dan mulai menaruh perhatian untuk berteman ( bergaul dengan
orang lain). Mereka belum mempunyai perhatian khusus kepada lawan jenis (
bersikap netral ) sehingga dalam bermain pun anak laki-laki akan berkelompok dengan
anak laki-laki, begitupun anak anak perempuan.
5.
Tahap Genital
Tahap ini
dimulai sekitar 12 atau 13 tahun. Pada masa anak sudah masuk usia remaja. Masa
ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak. Pada periode ini, instink
seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif altruis
(keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain ). Motif-motif ini
mendorong anak (remaja) untuk berpastisipasi aktif dalam berbagai kegiatan, dan
persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan, dan berkeluarga. Masa ini
ditandai juga dengan proses pengalihan perhatian, dari mencari kepuasan atau
kenikmatan sendiri ( yang bersifat kekanak-kanakan atau selfish) kepada kenyataan (prinsip realitas ) atau sikap altruis.
Kelima tahapan perkembangan di atas
secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
Tahapan Perkembangan menurut Freud
Tahapan
|
usia
|
Pusat
Erotis
|
Pengalaman
atau Tugas Kunci
|
Oral
|
0-1
|
Mulut
|
Penyapihan
dari menyusu
|
Anal
|
1-3
|
Anus
|
Toilet
Training
|
Phallik
|
3-5
|
Penis
|
Identifikasi
kepada model-model
Peranan
orang dewasa; dan mengatasi krisis oedipal
|
Latensi
|
6-12
|
Tidak
ada
|
Memperluas
kontak sosil
|
Genital
|
12 >
|
Genital
|
Membangun
hubungan yang lebih intim
( akrab) , dan memberikan kontribusi kepada
masyarakat melalui berkerja.
|
Tahapan
perkembangan psikoseksual akan memberikan dampak yang beragam bagi perkembangan
karakter atau kepribadian individu pada masa dewasanya. Apabila individu dapat
melalui semua tahapan tersebut secara mulus, maka dia cenderung akan memiliki
kepribadian yang sehat. Namun apabila sebaliknya, cenderung akan mengalami
gejala tingkah laku mala suai (maladjustment)
atau neurotik (gangguan jiwa). Menurut Freud indikator dari karakter atau
pribadai yang sehat adalah kemampuan untuk memperoleh kenikmatan atau kesenangan
dalam bercinta (hubungan sosial ) dan berekerja.
Ketertarikan
antara karakter orang dewasa dengan perkembangan psikoseksual dapat digambarkan
sebagai berikut.
Keterkaitan
Karakter dengan Perkembangan psikoseksul
Tahapan
|
Perpanjangan
ke
Masa
Dewasa
|
Sublimasi
|
Formasi
Reaksi
|
1.
Oral
|
Merokok,
makan, minum, ciuman, memelihara kesehatan mulut, dan mengunyah
|
Mencari
ilmu senang humor, dan sarkasme.
|
Sangat
hati-hati dalam berbicara, pengikut mode, tidak senang susu, dan senang memberikan
larangan .
|
2.
Anal
|
Penampilan
yang tidak karuan dan senang berlama-lama pada saat buang berak
|
Senang
melukis, memahat senang, memberi hadiah, berminat sekali terhadap statistik.
|
Sangat
muak dengan berak, takut akan kotoran, lekas marah, sangat sopan santun
|
3.
Phallik
|
Senang
bermasturbasi, bersifat genit, dan senang mengekspresikan kejantanan.
|
Senang
puisi, senang bercinta, berminat dalam bidang acting, dan bersemangat mencapai sukses.
|
Mempunyai
sikap yang teguh terhadap seks, dan rendah hati.
|
2.6 Implikasi Teori Kepribadaian Psikoanalisis terhadap
Bimbingan dan Konseling.
Psikoanalisis dibagun berdasarkan
kinerja Freud dalam membantu para pasien yang mengalami masalah kejiwaan. Oleh
karena itu, psikonalisisi dipandang juga sebagai pendekatan atau metode terapi
(bimbingan dan konseling ). Ada beberapa implikasi teori psikoanalisis terhadap
bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut.
a.
Tujuan
Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk :
1. Memperkuat ego, sehingga mampu mengontrol
dorongan-dorongan instink, dan
2. Meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta dan
berkerja.
b. Metode Bimbingan dan Konseling
Yang menjadi fokus utama bimbingan dan konseling adalah represi yang tidak terpecahkan, dengan cara menganalisis
pengalaman masa lalu pasien.
Pasien
tidak lagi diminta berbaringan, tetapi duduk di kursi di samping meja. Para
analis dalam membantu pasien menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi
bebas ini merupakan teknik utama psikoanalisis. Pasien diminta untuk
(perasaannya).
2. Analisis Mimpi
Teknik
ini sangat terkait dengan asosiasi
bebas. Ketika pasien tidur, ego menjadi lemah untuk mengontrol orongan-dorongan
Id atau hal-hal yang tidak disadari.
3. Intrerpretasi
Setelah
masalah pasien diketahui secara jelas, kemudian konselor memulai
menginterpretasi masalah pasien tersebut.
4. Resistensi
Memperoleh
wawasan (insight) tidaklah mudah,
karena masalah-masalah neurotik yang dialami pasien dapat juga menimbulkan
sikap resisten pasien terhadap proses terapeutik.
5. Transferensi
Transferensi
terjadi, ketika pasien merespon analis (
konselor ) sebagai seorang figur pada waktu kecil (orang tua). Respon ini bisa
positif, dan juga bisa negatif bergantung pada suasana emosional yang
dialaminya.
2.7 Komentar Para Ahli tentang Teori Psikoanalisis Freud
Teori psikoanalisis dipandang banyak
orang sebagai teori yang kontroversial, terutama yang terkait dengan pelecehan
akan harkat-martabat manusia dan kesucian agama. Freud menempatkan manusia
tidak lebih mulia dari hewan. Dia amat percaya terhadap teori evolusinya
Darwin. Hal ini seperti dikemukakannya: “kita semua tau bahwa setengah abad
silam, penelitian-penelitian yang dilakukan Charles Darwin dan kolega-koleganya
telah mengakhiri kecongkakan-kecongkakan manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam teori psikoanalisis,
kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau
sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain
saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1.
Id, adalah sistem kepribadian yang
paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua
sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau
penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk
operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan
fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak
menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
2.
Ego, adalah sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego tebentuk pada struktur
kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang
dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi
tegangan oleh individu.
3.
Superego, adalah sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya
evaluatif (menyangkut baik-buruk). Adapun fungsi utama dari superego adalah :
Sebagai
pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
Mengarahkan
ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
Mendorong
individu kepada kesempurnaan.
Freud menyatakan gagasan bahwa
energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan sebaliknya. Yang
menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya
(insting).
1. Insting
2. Macam-macam
insting
3. Penyaluran
dan penggunaan energi psikis
4. Kecemasan
5. Mekanisme
Pertahanan Ego, yang dapat diuraikan menjadi tujuh macam mekanisme pertahanan
ego, yaitu :
Identifikasi
Displecement
Represi
Fiksasi and Regresi
Proyeksi
Introyeksi
Pembentukan
Reaksi
Freud menyatakan bahwa pada manusia
terdapat lima fase atau tahapan perkembangan yang kesemuanya menentukan bagi
pembentukan kepribadian. Lima fase tersebut adalah :
1. Fase Oral
2. Fase Anal
3. Fase Falis
4. Fase Laten
5. Fase Genital
3.2 Saran
Dalam pembentukan suatu kepribadian sangat penting
pengaruh peran dalam keluarga terutama orang tua. Sehingga sejak dini dibentuk,
diajarkan dan dibiasakan berkepribadian yang baik. Keluarga memberi teladan,
sikap, tingkah laku, berkomunikasi yang baik dengan tetangga serta lingkungan
masyarakat. Mari kita pelajari tentang keperibadian diri, agar kita dapat
bersikap baik, sopan, dan tidak bersikap kasar terhadap orang lain. Dengan
mempelajari kepribadian diri kita dapat mengubah diri kita menjadi orang yang
professional.
No comments:
Post a Comment