Wednesday, 14 March 2018

MAKALAH Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud


MAKALAH
Teori Kepribadian Psikoanalisis
Sigmund Freud




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat rahmat dan karunia-Nya jugalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Psikoanalisis Sigmund Freud” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memberikan tambahan wawasan ilmu tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud, biografi Sigmun Freud, pembahasan tentang struktur kepribadian, dinamika kepribadian serta perkembangan kepribadian menurut Sigmun Freud.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan, saran, serta bantuan yang telah diberikan untuk menjadikan makalah ini lebih baik, kepada:
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala amal perbuatan yang diberikan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis juga berusaha semaksimal mungkin dalam  penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan penulisan makalah ini.
   Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penyusunan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Senin, 26 Febuari 2018
                                                            Penyusun





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................        i
KATA PENGANTAR.........................................................................        ii
DAFTAR ISI.........................................................................................        iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................        1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................        2
1.3 Batasan Masalah................................................................................        2
1.4 Tujuan Penulisan...............................................................................        2
1.5 Metode Penulisan .............................................................................        2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biografi Sigmund Freud...................................................................        3
2.2 Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud.........................................        3
2.3 Struktur Kepribadian ........................................................................        3
2.4 Dinamika Kepribadian......................................................................        7
2.5 Perkembangan Kepribadian..............................................................        8
2.6 Implikasi Teori Kepribadaian Psikoanalisis terhadap Bimbingan
      dan Konseling...................................................................................        13
2.7 Komentar Para Ahli tentang Teori Psikoanalisis Freud.....................        14

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................        15

3.2 Saran..................................................................................................        16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pribadi yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari. Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya bahkan tidak semua orang dapat memahami kepribadian dirinya sendiri. Hal itulah yang menjadi latar belakang kami membuat makalah tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud, seperti yang kita ketahui, bahwa teori kepribadian Sigmund Freud adalah yang paling kontroversial. Teori Psikoanalisis, menjadi teori yang paling komprehensif diantara teori kepribadian lainnya.
  
1.2 Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah teori kepribadian psikoanalisis menurut Sigmund Freud ?
2.        Apa saja yang dibahas mengenai kepribadian yang diungkapkan oleh Freud ?

1.3 Batasan Masalah
1.            Biografi Sigmund Freud
2.            Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
3.            Struktur Kepribadian
4.            Dinamika Kepribadian
5.            Perkembangan Kepribadian
6.            Implikasi Teori Keperibadian Psikoanalisis terhadap Bimbingan dan Konseling

1.4  Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai teori psikoanalisis Sigmund Freud, biografi Sigmund Freud, struktur kepribadian, dinamika kepribadian serta perkembangan kepribadian menurut Sigmun Freud. Selain itu tim penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini maka pembaca akan lebih memahami tentang apa yang ditulis dalam makalah ini.

1.5 Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah pustaka. Metode pustaka yaitu dengan mencari beberapa referensi dari berbagai judul buku. Dan dari referensi itu dirangkum dan dikumpulkan serta diambil kesimpulan sehingga makalah ini selesai.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Sigmund Freud
Bapak Psikoanalisis Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di London, 23 september 1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. Sebagai anak muda Freud bercita-cita ingin menjadi ahli ilmu pengetahuan dan dengan keinginan itu pada tahun 1873 masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dan tamat pada tahun 1881. Sebenarnya Freud tidak bermaksud melakukan praktek sebagai dokter, tetapi karena keadaan memaksa ( kurangnya faselitas bagi orang-orang Yahudi, makin besarnya tanggungan keluarga) maka dia lalu melakukan praktek. Di dalam praktek ini ternyata dia mendapat kepuasan karena mendapat kesempatan untuk melakukan research dan menulis, sehingga jiwa penyelidiknya tidak tertekan.

2.2 Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Sumbangan Freud dalam teori psikologi kepribadian substansial sekaligus di antara teori kepribadian substansial sekaligus kontroversial. Teori Psikoanalisis menjadi teori yang paling komprehensif di antara teori kepribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang banyak baik tanggapan positif maupun negatif. Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental Freud. Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu : struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.

2.3 Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni :
a.       Id ( Das Es ), Aspek Biologis Kepribadian
Id Merupakan komponen kepribadian yang primitif, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energi psikis. Maksudnya bahwa id itu mmerupakan sumber dari instink kehidupan ( eros ) atau dorongan-dorongan biologis ( makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb) dan instink kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku.
b.      Ego (Das Ich ), Ago spek Psikologis Kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau manager dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya atau sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas (reality principle), peranan utama ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (external social world) yang diharapkan.
c.       Super Ego (Das Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya. Apabila tingkah lakunya ternyata salah, tidak baik (bad) atau tidak sesuai dengan ketentuan orang tuanya, kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa itu membentuk kata hati (conscience) anak. Sedangkan apabila perkataan atau tingkah lakunya baik (good) disetujui dan mendapat ganjaran dari orag tuanya, maka peristiwa itu membentuk ego-ideal anak.

Karakteristik Sistem Kepribadian Menurut Freud
ID
EGO
SUPEREGO
Sistem asli (the true psychic reality), bersifat subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang terdiri dari instink-instink, dan gudangnya (reservoir) energi psikis yang digunakan oleh ketiga sistem kepribadian
Be dan objektif berkembang untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energi dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata).
Komponen moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem : kata hati (yang menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar tingkah laku yang baik).


TEMPRAMEN
SIFAT-SIFAT
1.      Sanguinis
a.       Sifat dasar: periang, optimis, dan percaya diri.
b.      Sifat perasaannya: mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius, kurang dapat dipercaya karena kurang begitu konsekuen.
2.      Melankolis 
a.       Sifat dasar: pemurung, sedih, pesimis, kursng percaya diri.
b.      Sifat lainnya: merasa tertekan dengan masa lalunya, sulit menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen, dan suka menepati janji.

3.      Koleris
a.       Sifat dasar: selalu merasa kurang puas, bereaksi negatif dan agresif
b.      Sifat-sifat lainnya: mudah tersinggung (emosional), suka membuat provokasi, tidak mau mengalah, tidak sabaran, tidak toleran, kurang mempunyai rasa humor, cenderug beroposisi, dan banyak inisiatif (berusaha).
4.      Plegmatis
a.       Sifat dasar. Pendiam, tenang , netral ( tidak ada warna
Perasaan yang jelas ), dan stabil.
b.      Sifat lainnya : merasa cukup puas, tidak peduli ( acuh tak acuh ), dingin hati, ( tidak mudah terharu ), pasti, tidak mempunyai banyak minat, bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur.

            Ketiga komponen di atas merupakan suatu sistem kepribadian yang berkerja sebagai suatu tim dan dikordinasikan (diatur) oleh ego. Freud membandingkan struktur kepribadian atau lapisan kesadaran itu dengan gunung es yang menggambarkan bahwa menurut Freud kesadaran itu terdiri atas tiga tingkat, yaitu sebagai berikut.
a.       Kesadaran (Conscious) merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh (fully aware ). Melalui kesadarannya, individu mengetahui tentang : siapa dia,
b.      Ambang Sadar (preconscious) merupakan lapisan jiwa di bawah kesadaran, sebagai tempat penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat,  namun dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat di ingat kembali. Contoh : pada suatu saat kita lupa tentang apa yang telah dipelajari, tetapi dengan sedikit konsentrasi dan asosisi tertentu kita bisa mengingat kembali pelajaran tersebut.
c.       Ketidak sadaran (unconsicious) merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental individu. Area ini merupakn gudang dari instink-instink atau pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (emotional pain ) yang direpres.  Walaupun individu secara penuh tidak menyadari keberadaan instink-instink tersebut, namun instink-instink itu aktif berkerja untuk memperoleh kepuasan ( pleasure principle )

2.4 Dinamika Kepribadian
            Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Sistem energi ini berasal dari makanan yang dimakannya dan dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan seperti : peredaran darah, pernafasan, gerakan otot,-otot, pengamatan, berpikir dan mengingat.
a.       Instink
Insting merupakan kumpulan hasrat atau einginan (wishes ). Dalam kenyataan, instink hanya merefeleksikan sumber-sumber kepuasan badaniah atau kebutuhan-kebutuhan (needs). Tujuan dari instink –instink adalah meredukasi ketegangan (tension reducation ) yang dialami sebagai suatu kesenangan.
      Freud mengklasifikasikan instink ke dalam dua kelompok yaitu :
1.      Instink hidup (life instink: eros). Instink hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif . insting ini meliputi dorongan-dorongan jasmaniah, seperti: seks, lapar, dan haus.
2.      Instink mati (death instink : thanataos ). Instink ini merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yamg bersifat negatif atau destruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan membawa dorongan untuk mati (keadaan tak benyawa = inanimate state). Pendapat ini di dasarkan kepada prinsip konstansi dari Fechner yaitu bahwa semua proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia yang anorganis.

b.      Pendistribusian dan Penggunaan Energi Psikis
Energi psikis ini pada awalnya dimiliki sepenuhnya oleh id. Tetapi dalam proses pemenuhan kebutuhan atau mencapai kepuasan dorongan (instink ) secara nyata dan proses identifikasi nilai-nilai moral anak kepada orang tua, maka energi tersebut mengalami pendistribusian di antara ketiga sistem keperibadian: id, ego, dan superego
Id menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle ) melalui :
1.      Gerakan refleksi dan
2.      Proses primer ( menghayal, atau berfantasi tentang objek-objek yang dapat memuaskan instink )
Penggunaan energi untuk menghasilkan gerakan, baik refleks maupun proses primer
di sebut kateksis ( daya dorong instink ). Oleh karena proses primer ini ternyata tidak dapat memperoleh kepuasan, maka energi tersebut dipinjam oleh ego untuk mencocokan antra apa yang digambarkan atau dihayalkan dengan objek di dunia nyata melalui proses sekunder.
            Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego, atau dari id ke superego disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan.
1.      Memuaskan dorongan atau instink  melalui proses sekunder
2.      Meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologis, seperti : berpikir, belajar, mempersepsi, mengingat, menilai, mengkomparasi, menganalisis, menggeneralisasi dan memecahkan masalah,
3.      Mengekang atau menangkal id ( daya tangkal ini disebut antikateksis) agar tidak bertindak impulsif atau rasional dan
4.      Menciptakan intergrasi di antra ketiga sistem kepribadian, dengan tujuan terciptanya keharmonisan dalam kepribadian, sehingga dapat melakukan transaksi dengan dunia luar (lingkungan ) secara efektif.

2.5 Perkembangan Kepribadian
            Freud di pandang sebagai teoretisi psikologi pertama yang memfokuskan perhatianya kepada perkembangan kepribadian. Dan berpendapat bahwa masa kanak ( usia 0-5 tahun ) atau usia pragenital mempunyai paranan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian atau karakter seseorang.
            Makna perkembangan kepribadian menurut Freud adalah “Belajar tentang cara-cara baru untuk mereduksi ketegangan itu terjadi bersumber kepada empat aspek, yaitu sebagai berikut.
a.       Pertumbuhan Fisik. Seperti menstruasi dan mimpi pertama dapat menimbulkan perubahan aspek psikologis, dan juga ada tuntutan baru dari lingkungan ( seperti dalam berpakainan dan beringkah laku).
b.      Frustrasi. Orang yang tidak pernah frustrasi tidak akan berkembang. Jika anak dimanja. (over protection ) tidak akan berkembang rasa tanggung jawab dan kemandiriannya.
c.       Konflik. Ini terjadi anra id, ego dan superego. Apabila individu dapat mengatasi setiap konflik yang terjadi di antara ketiga komponen kepribadian tersebut, maka dia akan mengalami perkembangan yang sehat.
d.      Ancaman. Lingkungan, di samping dapat memberikan kepuasan kepada kebutuhan atau dorongan instink individu, juga merupakan sumber ancaman bagianya yang dapat menimbulkan ketegangan. Apabila individu dapat mengatasi ancaman yang dihadapinya, maka dia akan mengalami perkembangan yang diharapkan.
Menurut model perkembangan Freud di antaranya kelahiran dan usia 5 tahun (usia balita),
anak mengalami tiga tahap perkembangan yaitu : oral, dan phalik. Ketiga tahap ini disebut juga masa pragenital. Setelah usia 5 tahun- tahap laten-dorongan seksual cenderung direpres (ditekan). Setelah masa ini, anak mengalami masa kematangan seksualnya yaitu tahap genital.
1.      Tahap Oral (Oris = Mulut ) / (Usia 0 – 1 tahun)
Tahap oral adalah periode bayi yang masih menetek yang seluruh hidupnya masih bergantung kepada orang lain. Pada masa libido didistribusikan ke daerah oral sehingga perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mereduksi ketegangan dan mencapai kepuasan (kenikmatan).
2.      Tahap Anal (Anus = Dubur ) (Usia 1 – 2/3 tahun)
Tahap ini berada pada usia kira-kira 2 samapai 3 tahun. Pada tahap ini libido terdistibusikan ke daerah anus. Anak akan mengalami ketegangan, ketika duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat. Peristiwa ini disebut erotik anal. Setelah melewati masa penyapihan, anak pada tahap ini dituntut untuk mulai menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua ( lingkungan), seperti hidup bersih, tidak ngompol, tidak buang air (kecil atau besar) sembarangan. Orang tua harus melatih kebersihan dengan cara (toilet training), yaitu usaha sosialisasi nilai-nilai sosial pertama yang sistematis sebagai upaya untuk mengontrol dorongan-dorongan biologis anak.
3.      Tahap Phallik (Phallus = Dzakar ))
Tahap ini berlangsung kira-kira usia 4 samapai 5 tahun. Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau senang memainkan alat kelaminya sendiri. Dengan kata lain, anak memijat-mijat organ seksualnya sendiri yang menghasilkan kepuasan atau rasa senang. Pada masa ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama yang terkait dengan iklim kehidupan sosiopsikologis keluarga atau perlakuan orang tua kepada anak. Pada tahap ini, anak masih bersikap “Selfish”, sikap mementingkan diri sendiri, belum berorientasi ke luar, atau memperhatikan orang lain.
4.      Tahap Latensi
Tahap latensi berkisar antara usia 6 samapai 12 tahun ( masa sekolah dasar ). Tahap ini merupakan masa tenang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau direpres (ditekan). Dengan kata lain masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks dan agresif. Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain, olah raga, dan kegiatan –kegiatan lainya), dan mulai menaruh perhatian untuk berteman ( bergaul dengan orang lain). Mereka belum mempunyai perhatian khusus kepada lawan jenis ( bersikap netral ) sehingga dalam bermain pun anak laki-laki akan berkelompok dengan anak laki-laki, begitupun anak anak perempuan.
5.      Tahap Genital
Tahap ini dimulai sekitar 12 atau 13 tahun. Pada masa anak sudah masuk usia remaja. Masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak. Pada periode ini, instink seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain ). Motif-motif ini mendorong anak (remaja) untuk berpastisipasi aktif dalam berbagai kegiatan, dan persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan, dan berkeluarga. Masa ini ditandai juga dengan proses pengalihan perhatian, dari mencari kepuasan atau kenikmatan sendiri ( yang bersifat kekanak-kanakan atau selfish) kepada kenyataan (prinsip realitas ) atau sikap altruis.

            Kelima tahapan perkembangan di atas secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :

Tahapan Perkembangan menurut Freud
Tahapan
usia
Pusat Erotis
Pengalaman atau Tugas Kunci
Oral
0-1
Mulut
Penyapihan dari menyusu
Anal
1-3
Anus
Toilet Training
Phallik
3-5
Penis
Identifikasi kepada model-model
Peranan orang dewasa; dan mengatasi krisis oedipal
Latensi
6-12
Tidak ada
Memperluas kontak sosil
Genital
12 >
Genital
Membangun hubungan yang lebih intim
 ( akrab) , dan memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui berkerja.

            Tahapan perkembangan psikoseksual akan memberikan dampak yang beragam bagi perkembangan karakter atau kepribadian individu pada masa dewasanya. Apabila individu dapat melalui semua tahapan tersebut secara mulus, maka dia cenderung akan memiliki kepribadian yang sehat. Namun apabila sebaliknya, cenderung akan mengalami gejala tingkah laku mala suai (maladjustment) atau neurotik (gangguan jiwa). Menurut Freud indikator dari karakter atau pribadai yang sehat adalah kemampuan untuk memperoleh kenikmatan atau kesenangan dalam bercinta (hubungan sosial ) dan berekerja.
            Ketertarikan antara karakter orang dewasa dengan perkembangan psikoseksual dapat digambarkan sebagai berikut.

Keterkaitan Karakter dengan Perkembangan psikoseksul
Tahapan
Perpanjangan ke
Masa Dewasa
Sublimasi
Formasi Reaksi
1.      Oral
Merokok, makan, minum, ciuman, memelihara kesehatan mulut, dan mengunyah
Mencari ilmu senang humor, dan sarkasme.
Sangat hati-hati dalam berbicara, pengikut mode, tidak senang susu, dan senang memberikan larangan .
2.      Anal
Penampilan yang tidak karuan dan senang berlama-lama pada saat buang berak
Senang melukis, memahat senang, memberi hadiah, berminat sekali terhadap statistik.
Sangat muak dengan berak, takut akan kotoran, lekas marah, sangat sopan santun
3.      Phallik
Senang bermasturbasi, bersifat genit, dan senang mengekspresikan kejantanan.
Senang puisi, senang bercinta, berminat dalam bidang acting, dan bersemangat mencapai sukses.
Mempunyai sikap yang teguh terhadap seks, dan rendah hati.

2.6 Implikasi Teori Kepribadaian Psikoanalisis terhadap Bimbingan dan Konseling.
            Psikoanalisis dibagun berdasarkan kinerja Freud dalam membantu para pasien yang mengalami masalah kejiwaan. Oleh karena itu, psikonalisisi dipandang juga sebagai pendekatan atau metode terapi (bimbingan dan konseling ). Ada beberapa implikasi teori psikoanalisis terhadap bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut.
a.       Tujuan Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk :
1.      Memperkuat ego, sehingga mampu mengontrol dorongan-dorongan instink, dan
2.      Meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta dan berkerja.
b.      Metode Bimbingan dan Konseling
Yang menjadi fokus utama bimbingan dan  konseling adalah represi yang  tidak terpecahkan, dengan cara menganalisis pengalaman masa lalu pasien.
            Pasien tidak lagi diminta berbaringan, tetapi duduk di kursi di samping meja. Para analis dalam membantu pasien menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1.      Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas ini merupakan teknik utama psikoanalisis. Pasien diminta untuk (perasaannya).
2.      Analisis Mimpi
Teknik ini sangat  terkait dengan asosiasi bebas. Ketika pasien tidur, ego menjadi lemah untuk mengontrol orongan-dorongan Id atau hal-hal yang tidak disadari.
3.      Intrerpretasi
Setelah masalah pasien diketahui secara jelas, kemudian konselor memulai menginterpretasi masalah pasien tersebut.
4.      Resistensi
Memperoleh wawasan (insight) tidaklah mudah, karena masalah-masalah neurotik yang dialami pasien dapat juga menimbulkan sikap resisten pasien terhadap proses terapeutik.
5.      Transferensi
Transferensi terjadi, ketika pasien merespon  analis ( konselor ) sebagai seorang figur pada waktu kecil (orang tua). Respon ini bisa positif, dan juga bisa negatif bergantung pada suasana emosional yang dialaminya.

2.7 Komentar Para Ahli tentang Teori Psikoanalisis Freud
            Teori psikoanalisis dipandang banyak orang sebagai teori yang kontroversial, terutama yang terkait dengan pelecehan akan harkat-martabat manusia dan kesucian agama. Freud menempatkan manusia tidak lebih mulia dari hewan. Dia amat percaya terhadap teori evolusinya Darwin. Hal ini seperti dikemukakannya: “kita semua tau bahwa setengah abad silam, penelitian-penelitian yang dilakukan Charles Darwin dan kolega-koleganya telah mengakhiri kecongkakan-kecongkakan manusia.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1.        Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk  dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
2.        Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu.
3.        Superego,  adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Adapun fungsi utama dari superego adalah :
   Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
    Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
      Mendorong individu kepada kesempurnaan.

Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya (insting).
1.      Insting
2.      Macam-macam insting
3.      Penyaluran dan penggunaan energi psikis
4.      Kecemasan
5.      Mekanisme Pertahanan Ego, yang dapat diuraikan menjadi tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
       Identifikasi
       Displecement
       Represi
       Fiksasi and Regresi
       Proyeksi
       Introyeksi
       Pembentukan Reaksi
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat lima fase atau tahapan perkembangan yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Lima fase tersebut adalah :
1.    Fase Oral
2.    Fase Anal
3.    Fase Falis
4.    Fase Laten
5.    Fase Genital

3.2 Saran
Dalam pembentukan suatu kepribadian sangat penting pengaruh peran dalam keluarga terutama orang tua. Sehingga sejak dini dibentuk, diajarkan dan dibiasakan berkepribadian yang baik. Keluarga memberi teladan, sikap, tingkah laku, berkomunikasi yang baik dengan tetangga serta lingkungan masyarakat. Mari kita pelajari tentang keperibadian diri, agar kita dapat bersikap baik, sopan, dan tidak bersikap kasar terhadap orang lain. Dengan mempelajari kepribadian diri kita dapat mengubah diri kita menjadi orang yang professional. 

No comments:

Post a Comment