Saturday, 31 March 2018

KONTROL EKSTERNAL DALAM PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan zaman.1 Di samping itu pengertian pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari generasi ke generasii selanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi.

Dibawah ini penulis akan memaparkan mengenai apa itu masyarakat, pendidikan dan lingkungan sosial, pendidikan dan kebudayaan, pendidikan dan perubahan sosial dan pendidikan sebagai daya pengubah dan pembaharuan masyarakat. Seperti yang akan penulis paparkan di bawah ini. Hidup dalammasyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang disekitar dan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. 

Beberapa pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi mengenai masyarakat antara lain:
·         Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan selalu berubah. (Mac Iver dan Page)
·         Masyarakat adalah kesatuan hidup mahluk-mahluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat tertentu. (Koentjaraningrat)
·         Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. (Selo Soemardjan dan Soelaiman)2

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu kelompok yang memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.

Dalam pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan tak formal.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:
·         Apa yang dimaksud dengan Kontrol Eksternal dalam Pendidikan ?
·         Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan dan Masyarakat?
·         Menjelaskan Pendidikan sebagai daya pengubah?
·         Menjelaskan Pendidikan dan Pembaruan Masyarakat?
·         Menjelaskan peran dan fungsi Pendidikan dalam Masyarakat?

1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:

·         Pengertian control eksternal dalam pendidikan
·         Pengertian Pendidikan dan Masyarakat
·         Pendidikan sebagai daya pengubah
·         Pendidikan dan Pembaruan Masyarakat
·         Peran dan fungsi Pendidikan dalam Masyarakat

  BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan dan Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.

Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melaluipendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.

Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orang tua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan sebagainya[[1]]. Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisas yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat

Tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di dalam kehidupan Masyarakat dunia, yakni:
·         Pertama jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan kepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau juga masyarakat agraris awal.
·         Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri.
·          Tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya member penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.


2.2 Kontrol Eksternal dalam Pendidikan
Tak ada lembaga pendidikan yang bebas dari kontrol eksternal, baik sekolah yang didiriokan oleh pemerintah maupun swasta.
1)    Sumber Kontrol
Kontrol langsung di sekolah bersumber pada kepala sekolah dan guru. Merekalah yang menentukan kelakuan yang bagaimana yang diharapkan dari murid-murid. Bila anak-anak melakukan pelanggaran guru  dapat menggunakan otoritas untuk menindak murid itu. Dalam hal guru menhadapi situasi yang tidak jelas dituangkan dalam bentuk peraturan, ia harus berunding dengan kepala sekolah. Kepala sekolah dapat mentransferkan kekuasaannya kepada bawahannya. Di sekolah kepala sekolah mempunyai kekuasaan yang lebih besar dari pada guru akan tetapi ia juga mempunyai tanggung jawab yang lebihbesaratas segala sesuatu yang terjadi di sekolah.

2)    Tujuan Kontrol
Tujuan kontrol bermacam-macam, pada satu pihak diinginkan perubahan, pembangunan perluasan mobilitas sosial. Di lain pihak ada usaha untuk mkempertahankan status guru dan melestarikan norma-norma budaya yang ada. Ada kemungkinan golongan tertentu, sering golongan atas yang menginginkan perbaikan pendidikan tinggi, sedangkan golongan rendah menginginkan perluasan pendidikan kejuruan bagi anaknya agar cepat mencari nafkahnya sendiri. Ada pula kemungkinan golongan agama akan berusaha memasukkan atau memperluas pendidikan agama.
Mereka yang merasa prihatin atas kemerosotan moral generasi muda karena pengaruh narkoba, film seks dan kriminal menginginkan diperkuatnya pendidikan moral atau pendidikan agama di sekolah.


3)    Alat Kontrol
Alat kontrol yang digunakan antara lain : berupa syarat pemilihan dan pengangkatan guru, serta peraturan – peraturan kepegawaian. Alat lain yang maupun adalah kurikulum sekolah sebagai usaha untuk membentuk manusia sesuai dengan falsafat serta cita-cita bangsa dan negara. Dalam kurikulum ditentukan apa yang diajarkan, bidang studi apa yang diberikan dan disamping itu ditentukan pula buku pelajaran apa yang telah digunakan. Mengontrol kurikulum serta buku pelajaran merupakan alat yang ampuh   untuk mengontrol pendidikan.
Kontrol eksternal itu biasanya diterima dan disetujui oleh guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pengajar.

2.3 Pendidikan Sebagai daya Pengubah
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan transpormasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.

Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang disampai-kan turun temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula adat kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern. Di samping itu terdapat perbedaan  kecepatan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan mengenai benda-benda material seperti alat-alat, pakaian hasil industri misalnya mobil, radio, TV dan sebagainya sangat cepat orang senantiasa mencari barang yang paling modern dan paling baru. Barang-barang yang “Uit de Mode” yang ke-tinggalan zaman segera ditukar dengan yang baru. Sebaliknya terdapat hambatan dan tantangan yang keras terhadap perubahan dalam agama, adat-istiadat, nilai-nilai, norma-norma, bentuk pemerintahan, filsafat hidup dan sebagainya.

Usaha untuk mencegah perubahan tidak selalu mudah karena sering ada hubungan antara perubahan materil dengan perubahan kultural. Dibukanya jalan raya ke daerah terpencil, terbukanya desa bagi surat kabat, radio, TV dan film membawa perubahan dalam berbagai aspek kebudayaan. Pola hubungan antara manusia seperti pergaulan antar anak dengan orang tua, hubungan antar seks dan sebagainya sering mengalami perubahan yang sukar dielakkan. Demikian pula pendidikan berfungsi di dalam dan terhadap sistem sosial tempat sekolah itu berada.

Ada pun pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru, karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah. Sekolah dapat merekomendasi atau mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru. Apakah harapan itu akan terpenuhi dapat dipertanyakan. Pihak yang berkauasa di suatu negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat.

Tak dapat diharapkan, bahwa guru-gurulah akan mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi, oleh sebab itu guru sendiri  diangkat oleh pihak yang berkuasa dan telah menerima norma-norma yang di-persyaratkan oleh atasannya. Perubahan yang dapat diadakan hanya kecilan-kecilan saja di bawah pimpinan yang berwenang. Sekolah tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada, dan kontrol pihak yang berkuasa. Sekolah hanya mengikuti perkembangan masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu.Sistem pendidikan adalah alat yang ampuh mengintrodusir generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut keinginan mereka yang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu negara misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka. Untuk itu mereka selanjutnya harus cukup lama memegang kekuasaan untuk mengindoktrinasi rakyat seluruhnya secara tuntas.

2.4 Pendidikan dan Pembaruan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Oleh karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah daripada yang sudah-sudah. Sekolah dapat merekonstruksi atau mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru. Apakah harapan itu akan terpenuhi? Dapat dipertanyakan. Pihak yang berkuasa di suatu negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat.

Sekolah tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari kontrol pihak yang berkuasa. Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin mempelopori atau mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu.

Belajar dari pengalaman berbagai dunia, tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan- perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti Hitler di Jerman, Partai Komunis di Uni Soviet, Jepang di daerah jajahannya dan sebagainya. Sistem pendidikan adalah alat yang ampuh untuk mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut keinginan mereka yang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu negara, misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka.

2.5 Peran dan Fungsi Pendidikan dalam Masyarakat
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
·         Fungsi sosialisasi,
·         Fungsi kontrol sosial,
·         Fungsi pelestarian budaya Masyarakat,
·         Fungsi latihan dan pengembangan tenaga kerja,
·         Fungsi seleksi dan alokasi,
·         Fungsi pendidikan dan perubahan sosial,
·         Fungsi reproduksi budaya,
·         Fungsi difusi kultural,
·         Fungsi peningkatan sosial,
·         Fungsi modifikasi sosial.
·         Fungsi Sosialisasi.
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa. Untuk keperluan tersebut anak-anak belajar bahasa atau simbol-simbol yang berlaku pada generasi tua, menyesuai kan diri dengan nilai-nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperoleh keterampilan-keterampilan tertentu yang semuanya diperoleh lewat budaya masyarakatnya. Di dalam situasi seperti itu semua orang dewasa adalah guru, tempat di mana anak-anak meniru, mengikuti dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang yang lebih dewasa. Mulai dari permulaan, anak-anak telah dibiasakan berbuat sebagaimana dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Hal itu merupakan bagian dari perjuangan hidupnya. Segala sesuatu yang dipelajari adalah berguna dan berefek langsung bagi kehidupannya sehari-hari. Hal ini semua bisa terjadi oleh karena budaya yang berlaku di dalam masyarakat, di mana anak menjadi anggotanya, adalah bersifat stabil, tidak berubah dan waktu ke waktu, dan statis.

·         Fungsi kontrol social
Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan tradisional masyarakat harus juga berfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol sosial. Durheim menjelaskan bahwa petididikan moral dapat dipergunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan bagian masyarakat yang integral di mana anak harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial[5].. Melalui pendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan melakukan interaksi nilai-niiai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai individu sebagai anggota masyarakat ia juga dituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk mempertahankan tatanan sosial yang berlaku.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai masyarakat.

·         Fungsi pelestarian budaya masyarakat
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan nasional.
·         Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
Jika kita amati apa yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu, maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk suatu jabatan dan pengembangan tenaga kerja tertentu. Proses seleksi ini terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilai NEM yang tinggi dari nilai tertentu sampai nilai yang terendah. Jika bukan nilai yang menjadi persyaratan yang ketat tetapi biaya sekolah yang tak terjangkau untuk masuk sekolah tertentu.

·         Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.

 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat  adalah suatu kesatuan hidupm anusia dalam suatukelompok yang memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi kepribadian peserta didik itu sendiri. Selain itu hal yang juga dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah kebudayaan. Dari kebudayaan dapat timbul berbagai pengaruh terutama dalam segi sosial.
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat yang terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan transportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.
Dari beberapa uraian tersebut di atas dapatlah diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

·         Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi kebudayaan
·         Hubungan pendidikan dengan perubahan punya keterkaitan karena dengan adanya perubahan dalam pendidikan itu berarti bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengalami peningkatan. Akan tetapi tidak selamanya perubahan itu akan diterima begitu saja.
·         Lembaga pendidikan tidak akan bebas dari kontrol eksternal termasuk : sumber kontrol, tujuan dan alat kontrol.
3.2 Saran
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat memaknai hal-hal yang dapat mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi hal-hal yang nantinya bisa terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Ary H Gunawan. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
S. Nasution. Sosiologi Pendidikan.  Jakarta: Bumi Aksara. 1995
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)
Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, (New York: Oxford University Press, 1998).
Abdullah Syukri Zarkasy, M.A, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Rajawali Press, Jakarta 2005


No comments:

Post a Comment