BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses memanusiakan
manusia secara manusiawi yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta perkembangan zaman.1 Di samping itu pengertian pendidikan menurut
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
“Usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara”.
Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya
dari generasi ke generasii selanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan
kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial.
Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi.
Dibawah ini penulis akan memaparkan mengenai
apa itu masyarakat, pendidikan dan lingkungan sosial, pendidikan dan
kebudayaan, pendidikan dan perubahan sosial dan pendidikan sebagai daya
pengubah dan pembaharuan masyarakat. Seperti yang akan penulis paparkan di
bawah ini. Hidup dalammasyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan
orang-orang disekitar dan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang
lain.
Beberapa pengertian yang diberikan oleh
beberapa pakar sosiologi mengenai masyarakat antara lain:
·
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial
dan selalu berubah. (Mac Iver dan Page)
·
Masyarakat adalah kesatuan hidup
mahluk-mahluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat tertentu.
(Koentjaraningrat)
·
Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan. (Selo Soemardjan dan Soelaiman)2
Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu kelompok yang memiliki suatu
sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu
kebudayaan.
Dalam pengertian ini pendidikan dimulai
dengan interaksi pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam
masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak
harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan
yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab
atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola
kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau
sosialisasi informal. Bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental
sebagian besar diperoleh melalui pendidikan tak formal.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah
sebagai berikut:
·
Apa yang dimaksud dengan Kontrol Eksternal
dalam Pendidikan ?
·
Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan dan
Masyarakat?
·
Menjelaskan Pendidikan sebagai daya pengubah?
·
Menjelaskan Pendidikan dan Pembaruan
Masyarakat?
·
Menjelaskan peran dan fungsi Pendidikan dalam
Masyarakat?
1.3
Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah
agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:
·
Pengertian control eksternal dalam pendidikan
·
Pengertian Pendidikan dan Masyarakat
·
Pendidikan sebagai daya pengubah
·
Pendidikan dan Pembaruan Masyarakat
·
Peran dan fungsi Pendidikan dalam Masyarakat
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan
dan Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk
dari masyarakat,karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses
transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek
kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah
dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu
yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di
rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila
segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang
ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan
sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat
itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus
diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku
lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat
berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak
masing-masing periode jaman kepada generasi muda melaluipendidikan, secara
khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan
sebagai proses sosialisasi.
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara
serupa. Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan
kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum
mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media
komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka.
Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap
mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari
nafkah yang dikembangkan oleh para orang tua baik itu menangkap ikan, memanah,
beternak, berburu dan sebagainya[[1]].
Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan
cara bersosialisas yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila
cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang
bernilai suci. Sejarah, adat istiadat
Tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di
dalam kehidupan Masyarakat dunia, yakni:
·
Pertama jenis pendidikan keterampilan dan
praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan
maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan kepada bentuk mata
pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang
masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau juga masyarakat
agraris awal.
·
Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran
yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa
(privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada
umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis
dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan
esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat
agraris dan industri.
·
Tipe pendidikan birokratis yang
diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan
yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana
sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe
pendidikan ini pada umumnya member penekanan pada ujian, syarat kehadiran,
peringkat dan derajat.
2.2 Kontrol Eksternal dalam Pendidikan
Tak ada lembaga pendidikan yang bebas dari
kontrol eksternal, baik sekolah yang didiriokan oleh pemerintah maupun swasta.
1)
Sumber Kontrol
Kontrol
langsung di sekolah bersumber pada kepala sekolah dan guru. Merekalah yang
menentukan kelakuan yang bagaimana yang diharapkan dari murid-murid. Bila
anak-anak melakukan pelanggaran guru dapat menggunakan otoritas untuk
menindak murid itu. Dalam hal guru menhadapi situasi yang tidak jelas
dituangkan dalam bentuk peraturan, ia harus berunding dengan kepala sekolah.
Kepala sekolah dapat mentransferkan kekuasaannya kepada bawahannya. Di sekolah
kepala sekolah mempunyai kekuasaan yang lebih besar dari pada guru akan tetapi
ia juga mempunyai tanggung jawab yang lebihbesaratas segala sesuatu yang
terjadi di sekolah.
2)
Tujuan Kontrol
Tujuan
kontrol bermacam-macam, pada satu pihak diinginkan perubahan, pembangunan
perluasan mobilitas sosial. Di lain pihak ada usaha untuk mkempertahankan
status guru dan melestarikan norma-norma budaya yang ada. Ada kemungkinan
golongan tertentu, sering golongan atas yang menginginkan perbaikan pendidikan
tinggi, sedangkan golongan rendah menginginkan perluasan pendidikan kejuruan
bagi anaknya agar cepat mencari nafkahnya sendiri. Ada pula kemungkinan
golongan agama akan berusaha memasukkan atau memperluas pendidikan agama.
Mereka
yang merasa prihatin atas kemerosotan moral generasi muda karena pengaruh
narkoba, film seks dan kriminal menginginkan diperkuatnya pendidikan moral atau
pendidikan agama di sekolah.
3)
Alat Kontrol
Alat
kontrol yang digunakan antara lain : berupa syarat pemilihan dan pengangkatan
guru, serta peraturan – peraturan kepegawaian. Alat lain yang maupun adalah
kurikulum sekolah sebagai usaha untuk membentuk manusia sesuai dengan falsafat
serta cita-cita bangsa dan negara. Dalam kurikulum ditentukan apa yang
diajarkan, bidang studi apa yang diberikan dan disamping itu ditentukan pula
buku pelajaran apa yang telah digunakan. Mengontrol kurikulum serta buku
pelajaran merupakan alat yang ampuh untuk mengontrol pendidikan.
Kontrol eksternal itu
biasanya diterima dan disetujui oleh guru dan diinternalisasikan dalam sikap
mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan
mereka sebagai pengajar.
2.3 Pendidikan
Sebagai daya Pengubah
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat
berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan lambat, akan tetapi
bila dengan terbukanya komunikasi dan transpormasi daerah itu berkenalan dengan
dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.
Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat
istiadat yang disampai-kan turun temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi
banyak pula adat kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat
modern. Di samping itu terdapat perbedaan kecepatan perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Perubahan mengenai benda-benda material seperti
alat-alat, pakaian hasil industri misalnya mobil, radio, TV dan sebagainya
sangat cepat orang senantiasa mencari barang yang paling modern dan paling
baru. Barang-barang yang “Uit de Mode” yang ke-tinggalan zaman segera ditukar
dengan yang baru. Sebaliknya terdapat hambatan dan tantangan yang keras
terhadap perubahan dalam agama, adat-istiadat, nilai-nilai, norma-norma, bentuk
pemerintahan, filsafat hidup dan sebagainya.
Usaha untuk mencegah perubahan tidak selalu
mudah karena sering ada hubungan antara perubahan materil dengan perubahan
kultural. Dibukanya jalan raya ke daerah terpencil, terbukanya desa bagi surat
kabat, radio, TV dan film membawa perubahan dalam berbagai aspek kebudayaan.
Pola hubungan antara manusia seperti pergaulan antar anak dengan orang tua,
hubungan antar seks dan sebagainya sering mengalami perubahan yang sukar
dielakkan. Demikian pula pendidikan berfungsi di dalam dan terhadap sistem
sosial tempat sekolah itu berada.
Ada pun pendidik yang menaruh kepercayaan
yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru,
karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide
baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah. Sekolah
dapat merekomendasi atau mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru. Apakah
harapan itu akan terpenuhi dapat dipertanyakan. Pihak yang berkauasa di suatu
negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar
masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan
pihak yang berkuasa dan masyarakat.
Tak dapat diharapkan, bahwa guru-gurulah akan
mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi, oleh sebab itu guru
sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa dan telah menerima norma-norma
yang di-persyaratkan oleh atasannya. Perubahan yang dapat diadakan hanya
kecilan-kecilan saja di bawah pimpinan yang berwenang. Sekolah tak dapat
melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada, dan kontrol pihak yang
berkuasa. Sekolah hanya mengikuti perkembangan masyarakat baru lepas dari
proses perubahan sosial yang berlangsung dalam masyarakat itu.Sistem pendidikan
adalah alat yang ampuh mengintrodusir generasi muda agar menciptakan suatu
masyarakat menurut keinginan mereka yang mengontrolnya. Perubahan kekuasaan
dalam suatu negara misalnya oleh golongan yang menganut ideologi lain akan
memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut
ideologi mereka. Untuk itu mereka selanjutnya harus cukup lama memegang
kekuasaan untuk mengindoktrinasi rakyat seluruhnya secara tuntas.
2.4 Pendidikan
dan Pembaruan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan
yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru.
Oleh karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan
ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah daripada yang sudah-sudah.
Sekolah dapat merekonstruksi atau mengubah dan membentuk kembali masyarakat
baru. Apakah harapan itu akan terpenuhi? Dapat dipertanyakan. Pihak yang
berkuasa di suatu negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan
dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa
persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat.
Sekolah tak dapat melepaskan diri dari
masyarakat tempat ia berada dan dari kontrol pihak yang berkuasa. Sekolah hanya
dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat dan tak mungkin
mempelopori atau mendahuluinya. Jadi tidak ada harapan sekolah dapat membangun
masyarakat baru lepas dari proses perubahan sosial yang berlangsung dalam
masyarakat itu.
Belajar dari pengalaman berbagai dunia, tentu
saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-
perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti Hitler
di Jerman, Partai Komunis di Uni Soviet, Jepang di daerah jajahannya dan
sebagainya. Sistem pendidikan adalah alat yang ampuh untuk mengindoktrinasi
generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut keinginan mereka yang
mengontrolnya. Perubahan kekuasaan dalam suatu negara, misalnya oleh golongan
yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk
membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka.
2.5 Peran
dan Fungsi Pendidikan dalam Masyarakat
Sebagian besar masyarakat modern memandang
lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial
Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang
diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa,
untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang
harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin
kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme
dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik,
ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan
sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
·
Fungsi sosialisasi,
·
Fungsi kontrol sosial,
·
Fungsi pelestarian budaya Masyarakat,
·
Fungsi latihan dan pengembangan tenaga kerja,
·
Fungsi seleksi dan alokasi,
·
Fungsi pendidikan dan perubahan sosial,
·
Fungsi reproduksi budaya,
·
Fungsi difusi kultural,
·
Fungsi peningkatan sosial,
·
Fungsi modifikasi sosial.
·
Fungsi Sosialisasi.
Di
dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku
generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini.
Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau
melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak
mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar
dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang
yang telah dewasa. Untuk keperluan tersebut anak-anak belajar bahasa atau
simbol-simbol yang berlaku pada generasi tua, menyesuai kan diri dengan nilai-nilai
yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperoleh keterampilan-keterampilan
tertentu yang semuanya diperoleh lewat budaya masyarakatnya. Di dalam situasi
seperti itu semua orang dewasa adalah guru, tempat di mana anak-anak meniru,
mengikuti dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang yang lebih
dewasa. Mulai dari permulaan, anak-anak telah dibiasakan berbuat sebagaimana
dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Hal itu merupakan bagian dari
perjuangan hidupnya. Segala sesuatu yang dipelajari adalah berguna dan berefek
langsung bagi kehidupannya sehari-hari. Hal ini semua bisa terjadi oleh karena
budaya yang berlaku di dalam masyarakat, di mana anak menjadi anggotanya,
adalah bersifat stabil, tidak berubah dan waktu ke waktu, dan statis.
·
Fungsi kontrol social
Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan
loyalitas terhadap tatanan tradisional masyarakat harus juga berfungsi sebagai
lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol sosial. Durheim
menjelaskan bahwa petididikan moral dapat dipergunakan untuk menahan atau
mengurangi sifat-sifat egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan
bagian masyarakat yang integral di mana anak harus memiliki kesadaran dan
tanggung jawab sosial[5]..
Melalui pendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan
melakukan interaksi nilai-niiai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari
Selanjutnya sebagai individu sebagai anggota masyarakat ia juga dituntut untuk
memberi dukungan dan berusaha untuk mempertahankan tatanan sosial yang berlaku.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi
untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol
sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka
ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan
bagi sebagiai masyarakat.
·
Fungsi pelestarian budaya masyarakat
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk
mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan
nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah,
kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal
bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan
konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama
sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan
nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu
umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai
budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai
budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang
ada yang beragam demi kepentingan nasional.
·
Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan
tenaga kerja.
Jika kita amati apa yang terjadi dalam
masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu,
maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk suatu
jabatan dan pengembangan tenaga kerja tertentu. Proses seleksi ini terjadi di
segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan tertentu.
Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu
jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh
untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai
EBTA Murni (NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilai NEM yang tinggi dari
nilai tertentu sampai nilai yang terendah. Jika bukan nilai yang menjadi
persyaratan yang ketat tetapi biaya sekolah yang tak terjangkau untuk masuk
sekolah tertentu.
·
Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan
dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat.
Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta
aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu
antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum
komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat.
Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan
masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta
pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah sebagai partner
masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional
tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber
belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan,
museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam
menunaikan fungsi pendidikan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat penulis
simpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan hidupm anusia dalam
suatukelompok yang memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma
yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan
perubahan kelakuan anak didik. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan sosial
yang dapat mempengaruhi kepribadian peserta didik itu sendiri. Selain itu hal
yang juga dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah kebudayaan. Dari
kebudayaan dapat timbul berbagai pengaruh terutama dalam segi sosial.
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai
masyarakat berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat yang terpencil berjalan
lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan transportasi daerah
itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan
lebih cepat.
Dari beberapa uraian tersebut di atas
dapatlah diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
·
Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan,
meneruskan atau menstransmisi kebudayaan
·
Hubungan pendidikan dengan perubahan punya
keterkaitan karena dengan adanya perubahan dalam pendidikan itu berarti bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengalami peningkatan. Akan
tetapi tidak selamanya perubahan itu akan diterima begitu saja.
·
Lembaga pendidikan tidak akan bebas dari
kontrol eksternal termasuk : sumber kontrol, tujuan dan alat kontrol.
3.2 Saran
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon
pendidik nantinya dapat mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar kita
dapat memaknai hal-hal yang dapat mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita
dapat mengantisipasi hal-hal yang nantinya bisa terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ary H Gunawan. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi
& Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)
Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, (New
York: Oxford University Press, 1998).
Abdullah Syukri Zarkasy, M.A, Gontor dan Pembaharuan
Pendidikan Pesantren, Rajawali Press, Jakarta 2005
No comments:
Post a Comment