Saturday, 31 March 2018

ANALISIS TERHADAP HASIL PENELITIAN “PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TIGA DIMENSI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR”



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
     Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat  mengembangkan  kemampuan  siswa dalam  menggunakan bahasa  serta membentuk  sikap  berbahasa  yang  positif.
Menurut KTSP Depdiknas (2006: 318)  pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan  untuk meningkatkan  kemampuan  peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun  tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Keterampilan berbahasa Indonesia mencakup keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,  keterampilan  membaca dan keterampilan  menulis.  Berdasarkan data hasil tes  belajar  mata  pelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi bebas dengan
pilihan kata yang tepat di kelas V ditemukan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapannya melalui pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan oleh guru siswa dapat mencapai hasil belajar yang baik, kenyataannya masih banyak siswa yang belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan. Nilai KKM kelas V pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70. Dari daftar perolehan  nilai menunjukkan masih rendahnya penguasaan materi. Jumlah siswa kelas V yang mencapai KKM pada penilaian menulis puisi 8 siswa dari 19 siswa. Hal ini dapat diindikasikan bahwa 42,1% siswa mencapai KKM dan 57,9% yang belum mencapai KKM.
Berdasarkan hasil analisis penyebab masalah adalah siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, pikiran, perasaan ke dalam bentuk puisi. Kesulitan yang dialami siswa dapat ditandai dengan siswa kesulitan dalam menggunakan pilihan kata, menemukan kata pertama ke dalam bentuk puisi, kesulitan mengolah kosakata,  mengembangkan ide gagasan menjadi puisi. Permasalahan dalam pembelajaran  bahasa Indonesia yang menyebabkan rendahnya keterampilan menulis puisi adalah  kecenderungan  pembelajaran  yang  kurang
menarik, guru  masih  bersifat monoton.  Penyebab yang  paling  mendasar rendahnya nilai siswa dalam mata pelajaran  bahasa  Indonesia khususnya menulis puisi.
Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti mencoba melakukan upaya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas  dengan alternatif pemecahan masalah menggunakan media gambar tiga dimensi pada pembelajaran menulis puisi.

1.2         Tujuan Penelitian

1.        Mendeskripsikan penggunaan media gambar tiga dimensi untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas siswa
2.          Mendeskripsikan  hasil  belajar menulis puisi bebas dengan  menggunakan  media gambar tiga  dimensi
3.         Mendeskripsikan  kendala – kendala  yang  muncul  dalam  pelaksanaan  pembelajaran  dengan menggunakan media gambar tiga dimensi untuk  meningkatkan  keterampilan  menulis  puisi  bebas  dan  cara  mengatasi  kendala – kendala  tersebut.


 BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Menulis
          Menurut Mc Crimmon (dalam Saddhono dan Slamet, 2012: 96),  berpendapat  bahwa menulis  merupakan  kegiatan  menggali  pikiran, ide, perasaan  mengenai  suatu  subjek, memilih hal- hal yang akan  ditulis, menentukan  cara  menuliskannya  sehingga  pembaca  dapat  memahaminya dengan  mudah  dan jelas.
          Farris (dalam Resmini dkk., 2006: 229), mengemukakan  bahwa  dalam  konteks  kiat  berbahasa  (language art)  menulis  merupakan  kegiatan  yang  paling  kompleks  untuk  dipelajari  siswa.
Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  pengertian  menulis  adalah  pengungkapan  ide, pengetahuan,  ilmu ,  dan  pengalaman  hidup  dalam  bahasa  tulis. Menulis  merupakan  kegiatan  yang tidak  sederhana,  tetapi  justru  harus  dikuasai .  Menulis  merupakan  komunikasi  tidak  langsung.  Menulis mengomunikasikan  apa  yang  ada  dalam  pikiran  penulis.
Di dalam  proses  menulis,  juga  terdapat  tahap – tahap menulis. Murray (dalam Saddhono dan Slamet, 2012:106),  ada  lima  tahap  atau  kegiatan  yang  dilakukan  pada  proses penulisan  yaitu:
  1. Prapenulisan (rewriting), pada tahap ini merupakan langkah awal dalam menulis yang mencakup kegiatan menentukan dan membatasi topik tulisan; merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, dan menentukan pembaca yang akan ditujunya; memilih bahan; serta menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasi ide untuk tulisannya.
  2. Pembuatan draft (drafting), pada tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam tulisan, mengembangkan ide atau perasaannya dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, hingga menjadi sebuah wacana sementara (draft).
  3. Perevisian (revising), pada tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur bahasa, ejaan.
  4. Pengeditan (editing), pada tahap ini perhatian difokuskan pada aspek mekanis bahasa, sehingga dapat memperbaiki tulisannya dengan membetulkan  kesalahan penulisan kata maupun kesalahan mekanis lainnya.
  5. Pemublikasian (publishing/sharing), pada tahap akhir proses penulisan, siswa mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa lain.           

2.2       Pengertian Puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan“membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (Aminuddin, 2011: 134).
Menurut Hudson (dalam Aminuddin, 2011: 134), puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
Luxemburg (dalam Siswanto, 2008: 108), puisi adalah teks-teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur.
Nurgiyantoro (2010: 312), puisi adalah sebuah genre sastra yang amat memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa puisi adalah bahasa yang “tersaring” penggunaannya.
Dari definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan pesan atau gambaran  suasana tertentu baik fisik maupun batiniah yang diucapkan dengan bahasa yang indah. Puisi merupakan ekspresi untuk membangkitkan perasaan yang mengandung unsur- unsur berupa: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan.

2.3       Unsur – unsur Puisi
Menurut Dick Hartoko (dalam Mihardja, 2012: 19), adalah puisi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi.
Kosasih (2012: 97), mengemukakan bahwa secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik dan struktur batin.
unsur- unsur puisi terdiri dari unsur fisik meliputi diksi (pemilihan kata), pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), rima/ritma, tata wajah (tipografi), sedangkan unsur batin meliputi tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention). Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa diminta untuk menulis
puisi yang mencakup unsur puisi meliputi tema, diksi
(pemilihan kata), pengimajian, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), dan rima/ritma. Selain itu terdapat jenis – jenis puisi.
Nur’aini dan Indriyani (2008: 31), mengelompokkan 3 jenis puisi yang berdasarkan bentuk, zaman, dan isinya.
Jenis-jenis puisi berdasarkan bentuknya:
(a) puisi yang terikat aturan-aturan bait dan baris,
(b) puisi bebas yaitu puisi yang tidak terikat oleh  aturan- aturan bait, baris maupun rima.
Jenis puisi berdasarkan zamannya:
(a) puisi lama, yaitu puisi yang merupakan peninggalan sastra melayu lama,
(b) puisi baru, yaitu puisi yang lahir pada tahun dua puluhan.
Jenis puisi berdasarkan isinya:

(a)    romansa,
(b)   elegy,
(c)    ode,
(d)   himme,
(e)    epigram,
(f)    balada
(g)   satire.

2.4         Pengertian Media
Kata media berasal dari  bahasa Latin medius  yang  secara  harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2010: 3). Adapun Gagne’ dan Briggs (dalam Arsyad, 2010: 4), secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi, pesan, informasi dari suatu materi pelajaran siswa, yang terdiri dari misalnya buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Gagne’ dan Briggs,  Criticos (dalam Daryanto, 2010:5) menyatakan bahwa, media merupakan salah satu bentuk komponen komunikasi antara pembawa pesan dari komunikator yang berarti guru menuju komunikan yang berarti siswa. Media adalah alat-alat grafis atau gambar, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media hendaknya dapat dilihat, didengar atau dibaca. Media pembelajaran merupakan sarana untuk mempermudah kegiatan proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat  tersebut,  maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk  menyampaikan isi atau pesan materi pelajaran dan berfungsi untuk mempermudah proses belajar mengajar, menumbuhkan motivasi belajar siswa dan memperjelas materi yang disampaikan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik. Media pembelajaran dapat berupa gambar, model, video, film, buku dan sebagainya. Media diciptakan secara terencana oleh guru.



2.5         Manfaat Media
Penggunaan media dalam suatu pembelajaran mempunyai manfaat tertentu. Menurut Sudjana dan Rivai (2010: 2) mengemukakan bahwa manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
a)        Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga
 dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b)        Bahan  pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
 lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
c)      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d)       Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya  mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat  di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manfaat  media pembelajaran adalah  untuk memperjelas penyajian materi kepada peserta didik sehingga menarik perhatian siswa serta memotivasi siswa dalam belajar.

2.6         Jenis- Jenis Media
Media pembelajaran terbagi menjadi beberapa jenis.  Menurut Sudjana dan Rivai (2010:3) beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran meliputi media grafis, media tiga dimensi, media proyeksi  dan penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
Menurut Ibrahim (dalam Daryanto, 2010: 18), media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, media audio, media proyeksi, televisi, video, komputer.

2.7         Kriteria – kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media menurut pendapat Sudjana dan Rivai (2010:4) meliputi:
a)        Ketepatan dengan tujuan pengajaran.
b)        Dukungan terhadap isi bahan pengajaran.
c)        Kemudahan  memperoleh media.
d)       Keterampilan guru dalam menggunakannya.
e)        Tersedia waktu untuk menggunakannya.
f)         Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

2.8         Media Gambar Tiga Dimensi
              Media gambar tiga dimensi termasuk dalam jenis perpaduan antara grafis dan tiga dimensi. Menurut Sadiman, dkk., (2010: 28) gambar merupakan salah satu
bentuk media grafis yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Menurut Daryanto (2010: 29) tiga dimensi  ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional yang memiliki panjang, lebar dan tinggi. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya.
Dari pendapat tersebut, diperoleh penjelasan bahwa media gambar tiga dimensi adalah media yang berfungsi untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam bentuk gambar melalui indera penglihatan yang penyajiannya secara visual tiga dimensional dan memiliki panjang, lebar dan tinggi. Yang siswa dan memperjelas materi. Kelebihan media gambar tiga dimensi adalah media yang sesuai untuk mengajarkan pembelajaran menulis puisi karena siswa dapat menuangkan ide sesuai dengan tema gambar yang ada, sifatnya konkret; gambar tiga dimensi lebih realistis menunjukkan pokok masalah (menunjukkan tema tertentu), media gambar tiga dimensi bentuknya sederhana tetapi dapat menarik perhatian siswa apabila digunakan dalam pembelajaran, bahan yang digunakan untuk  membuat gambar tiga dimensi mudah didapat, gambar tiga dimensi dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, media gambar tiga dimensi praktis atau mudah dibawa kemana- mana.  


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1       Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sanjaya (2012: 26) PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam  situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Adapun Arikunto (2010: 3)  penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan di dalam kelas melalui refleksi diri untuk memecahkan suatu masalah dengan cara tindakan yang terencana serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Rancangan PTK digunakan oleh penelliti karena penelitian ini dilakukan di dalam kelas dan bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada di kelas yakni masalah penggunaan media dan hasil belajar siswa.

3.2       Populasi
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN Kunci 3 Bojonegoro.  

3.3       Sampel
Perwakilan dari siswa kelas V di SDN Kunci 3 Bojonegoro, dengan  jumlah siswa laki-laki sebanyak 12 siswa dan siswa
perempuan sebanyak 7 siswa.


3.4       Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, tes, catatan lapangan. Adapun penjelasan dari masing-masing teknik pengumpulan data tersebut adalah: a) observasi dilakukan terhadap keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media gambar tiga dimensi, (b) tes yang digunakan adalah tes uji keterampilan siswa untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis puisi, dan (c) catatan lapangan yang digunakan oleh guru adalah untuk mencatat kendala-kendala yang ditemukan dalam proses belajar mengajar.

3.5       Rumus Pengolahan Data

Keterangan:
P = persentase
f = jumlah kegiatan yang terlaksana
N = jumlah nilai maksimal keseluruhan aktivitas


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1        Hasil Penelitian
Berikut ini akan dipaparkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi bebas dengan menggunakan media gambar tiga dimensi yang telah dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan setiap siklusnya 2 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V
SDN Kunci 3 Bojonegoro. Data pelaksanaan PTK meliputi tiga data yang diolah yaitu keterlaksanaan pembelajaran, hasil belajar siswa, kendala- kendala dalam
pelaksanaan pembelajaran dan cara mengatasinya.
Hasil keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar tiga dimensi siklus I pertemuan 1 yaitu mencapai 88,89 dengan nilai 72,22.Kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diamati oleh dua observer yang terdiri dari guru kelas V dan teman sejawat. Hasil observasi dari kedua observer di jumlah dan dirata-rata kemudian ditentukan kriterianya berdasarkan rata-rata tersebut. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapatkan nilai 5 meliputi membuka pelajaran, mengondisikan dan apersepsi; mendemonstrasikan langkah-langkah menyusun puisi; memberikan bimbingan kepada siswa. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapat nilai 4 meliputi melakukan kontrak belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran,
menjelaskan materi tentang puisi, memberikan tindak lanjut (PR). Keterlaksanaan pembelajaran yang memperoleh nilai 3 meliputi pengelolaan waktu dengan tepat. Dan keterlaksanaan pembelajaran yang memperolehnilai 1 yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomunikasikan hasil yang mereka peroleh.
Sedangkan pada pertemuan 2, mengalami kenaikan dalam keterlaksanaan pembelajaran yaitu sebesar 100% dengan nilai 77,78. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapatkan nilai 5 meliputi membuka pelajaran, mengondisikan dan apersepsi; memberi bimbingan kepada siswa. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapatkan nilai 4 meliputi melakukan kontrak belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomunikasikan hasil yang mereka peroleh, memberi tes tertulis, menyimpulkan materi pelajaran. Sedangkan keterlaksanaan pembelajaranyang mendapatkan nilai 3 meliputi mendemonstrasikan langkah-langkah mengembangkan kerangka puisi,pengelolaan waktu yang tepat. Hasil keterlaksanaan pembelajaran sudah mencapai target penelitian yaitu 80%, akan tetapi belum mencapai skor ketercapaian. Oleh sebab itu, peneliti akan melanjutkan ke siklus II .
Hasil keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar tiga dimensi siklus II pertemuan 1 yaitu mencapai 100% dengan nilai 78,89. Hasil observasi dari kedua observer di jumlah dan diratarata
kemudian ditentukan kriterianya berdasarkan rata-rata tersebut. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapat nilai 5 meliputi membuka pelajaran; mengondisikan dan apersepsi; mendemonstrasikan langkah- langkah menyusun puisi; memberikan bimbingan kepada siswa. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapatkan nilai 4 meliputi melakukan kontrak belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, penjelaskan materi tentang puisi, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomunikasikan hasil yang mereka peroleh, memberikan tindak lanjut (PR). Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran yang memperoleh nilai 3 adalah pengelolaan waktu yang tepat.
Sedangkan pada pertemuan 2, nilai keterlaksanaan pembelajaran sebesar 100% dengan nilai 88,89. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapatkan nilai 5 meliputi membuka pelajaran, mengondisikan dan apersepsi; menyampaikan tujuan pembelajaran; mendemonstrasikan langkah- langkah mengembangkan kerangka puisi; memberi bimbingan kepada siswa; memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomunikasikan hasil yang mereka peroleh; memberikan tes tertulis kepada siswa. Keterlaksanaan pembelajaran yang mendapatkan nilai 4 meliputi melakukan kontrak belajar, menyimpulkan materi pelajaran, pengelolaan waktu yang tepat.

Hasil keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I dan
siklus II disajikan dalam grafik 1.
Grafik 1

Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Grafik 1 menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar mengalami peningkatan pada siklus I pertemuan 1 dari 88,89% menjadi 100% pada pertemuan 2. Sedangkan pada siklus II keterlaksanaan pembelajaran pertemuan 1 mencapai 100% dan pertemuan 2 juga mencapai 100%. Hasil tersebut sudah mencapai target penelitian yaitu 80%. Hal ini menunjukkan bahwa guru bekerja semaksimal mungkin agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai presentase yang memuaskan. Guru juga melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan sintaks pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran langsung.


Grafik 2
Ketercapaian Skor Siklus I dan Siklus II
Grafik 2 menunjukkan ketercapaian skor menulis puisi dengan penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar mengalami peningkatan pada siklus I pertemuan 1 dari nilai 72,22 menjadi 77,78 pada
pertemuan 2. Sedangkan pada siklus II, pertemuan 1dengan nilai 78,89 menjadi 88,89 pada pertemuan II. Hasil tersebut sudah mencapai target penelitian yaitu skor ketercapaian 80.


Grafik 3

Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Grafik 3 menunjukkan hasil belajar siswa dalam menggunakan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar mengalami peningkatan. Dalam siklus I nilai rata-rata yang diperoleh ialah 70,53. Pada siklus I hasil nilai belajar siswa sudah mencapai KKM yaitu 70, namun hasil tersebut terlalu mendekati batas minimal KKM yang telah ditentukan. Maka dari itu, penelitian akan tetap melanjutkan pada siklus II. Hal ini diharapkan pada siklus II hasil belajar siswa semakin baik dan siswa dapat semakin paham materi tentang menulis puisi bebas dengan penggunaan media gambar tiga dimensi.
Dari hasil yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti mengadakan refleksi dan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II ini nilai rata-rata yang diperoleh siswa
mengalami peningkatan dari 70,53 pada siklus I menjadi 82,46. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas terhadap terhadap penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar untuk meningkatkan
keterampilan menulis puisi bebas mengalami keberhasilan sehingga penelitian dirasa cukup hingga siklus II ini.


Grafik 4

Ketuntasan Klasikal Pembelajaran Siklus I dan
Siklus II
Dari grafik 4, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam siklus I ketuntasan klasikal sebesar 63,16%. Hasil tersebut dikatakan belum tuntas karena belum mencapai target  ketuntasan klasikal yaitu 80% sehingga peneliti tetap melanjutkan pada siklus II. Hasil yang diperoleh dari
siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil dari siklus I. Dalam siklus II ini, ketuntasan klasikal mencapai 89,47%. Hasil tersebut dikategorikan tuntas dengan sangat tinggi karena sudah melebihi target
ketuntasan klasikal yaitu 80%. Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa penelitian cukup dilaksanakan sampai dengan siklus II.
Kendala-kendala yang muncul selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar tiga dimensi adalah guru kurang maksimal dalam
menyampaikan materi, guru juga kurang memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, guru kurang menerapkan kontrak belajar pada proses pembelajaran,
guru juga kurang dalam membimbing siswa secara utuh dan menyeluruh. Guru juga kurang dalam pengelolaan waktu yang tepat sesuai dengan jadwal rencana yang sudah direncanakan.
4.2       Pembahasan
Pada pembahasan ini akan dibahas hasil penelitian pembelajaran menulis puisi bebas dengan menggunakan media gambar tiga dimensi. Pembahasan ini meliputi: keterlaksanaan pembelajaran, ketercapaian skor, hasil belajar siswa menulis menulis puisi, dan ketuntasan klasikal.

Grafik 5

Rekapitulasi Hasil Penelitian
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa guru melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media gambar tiga dimensi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang.Penelitian dilakukan dengan dua siklus melalui berbagai perencanaan dan perbaikan. Keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I belum mencapai keberhasilan yangdiharapkan karena guru kurang maksimal dalam menerapkan fase-fase pada kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran pada siklus I belum berhasil. Halini dapat dilihat pada grafik 5 keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar pada pertemuan 1 mencapai 88,89%, dan pada pertemuan 2 mencapai 100%. Hasil rata-rata dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 94,45%. Pada siklus II terjadi peningkatan, keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 mencapai 100% dan pada pertemuan 2 keterlaksanaan pembelajaran mencapai 100%. Hasil rata-rata dari keterlaksanaan pembelajaran pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 100%. Penelitian dikatakan berhasil pada siklus II.
Pada siklus I, skor ketercapaian keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 mencapai 72,22 dan pada pertemuan 2 mencapai 77,78. Hasil rata-rata dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 75. Hal ini menunjukkan peningkatan skor ketercapaian pada siklus Idari pertemuan 1 ke pertemuan 2 . Peningkatan tersebut
belum mencapai skor ketercapaian indikator keberhasilan yaitu 80 sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, skor ketercapaian pada pertemuan 1 mencapai 78,89 dan pertemuan 2 mencapai 88,89. Hasil rata-ratadari pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu 83,89. Dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan. Peningkatan skor ketercapaian juga ditunjukkan pada siklus I ke siklus II dan mencapai indikator keberhasilan yaitu 80, sehingga peneliti dikatakan berhasil pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa guru bekerja secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran. Guru melaksanakan secara urut sintaks-sintaks yang ada pada
model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung sehingga tercapai indikator keberhasilan.
Hasil belajar siswa dapat dilihat pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 70,53. Pada siklus I hasil belajar siswa sudah mencapai KKM, namun hasil tersebut masih dianggap mendekati batas minimal dari KKM yang telah ditentukan. Maka dari itu, penelitian akan tetap melanjutkan pada siklus II. Hal ini diharapkan pada siklus II hasil pembelajaran menjadi semakin baik dan materi tentang menulis puisi bebas dengan penggunaan media gambar tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajarsiswa. Dari hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti mengadakan refleksi dan perbaikan padasiklus II. Sehingga pada siklus II ini nilai rata-rata siswa
mengalami peningkatan menjadi 82,46. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas terhadap penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas terhadap siswa kelas V mengalami keberhasilan sehingga penelitian dirasa cukup hingga siklus II.
Pada siklus I, hasil belajar diperoleh ketuntasan klasikal 63,16% dengan 12 siswa tuntas belajar dari 19 jumlah siswa seluruhnya di kelas. Pada siklus II, hasil belajar diperoleh ketuntasan klasikal 89,47% dengan 17 siswa tuntas belajar dari 19 jumlah siswa keseluruhan. Peningkatan ketuntasan klasikal tersebut dikarenakan guru
memaksimalkan kegiatan membimbing siswa dalam mengembangkan kerangka puisi menjadi sebuah puisi sehingga siswa lebih paham dalam menulis puisi.
Secara umum keterlaksanaan pembelajaran sudah baik, bahkan seluruh aktivitas pembelajaran sudah terlaksana secara keseluruhan. Namun, pada beberapa fase
belum terlaksana secara maksimal. Berdasarkan catatan lapangan yang diperoleh, pada fase 2 pertemuan 1 dan 2, guru kurang maksimal dalam mendemonstrasikan
langkah- langkah menyusun puisi. Sehingga dalam setiap pertemuan, guru memaksimalkan kegiatan mendemonstrasikan langkah-langkah dalam menyusun
puisi. Guru juga kurang dalam memotivasi siswa, sehingga banyak siswa yang masih takut dan malu dalam mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru. Siswa juga kurang berani untuk membacakan puisinya di depan kelas. Guru juga kurang maksimal dalam membimbing siswa sehingga banyak
siswa yang masih bingung dalam menulis puisi. Guru juga kurang dalam mengelola waktu yang tepat sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Guru juga kurang dalam
menerapkan kontrak belajar karena masih ada siswa yang mengganggu temannya keika mengerjakan evaluasi. Disamping itu, siswa juga sangat antusias dalam
menggunakan media gambar tiga dimensi, siswa mengamati gambar tiga dimensi kemudian dari hasil pengamatan tersebut siswa menulis puisi.
Namun secara keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar menunjukkan adanya peningkatan dalam keterlaksanaan pembelajaran, skor ketercapaian, hasil belajar siswa dalam menulis puisi bebas, dan ketuntasan klasikal sudah mencapai target penelitian.

BAB V
PENUTUP

5.1        Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar mempermudah siswa dalam keterampilan menulis puisi. Sehingga nilai yang diperoleh siswa dalam menulis mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Selain itu, dengan menggunakan media gambar tiga dimensi siswa menjadi antusias dalam menulis puisi. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar tiga dimensi mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan presentase keterlaksanaan pembelajaran dengan penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar rata- rata hasil pada siklus I 94,45% dengan nilai 75. Sedangkan pada siklus II rata- rata hasil keterlaksanaan pembelajaran 100% dengan nilai 83,89%.
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis puisi diperoleh melalui tes menulis puisi. Nilai rata- rata menulis puisi dari siklus I mendapatkan hasil 70,53 dengan ketuntasan klasikal sebesar 63,16% dan kemudian pada siklus II mendapatkan hasil 82,46 dengan ketuntasan klasikal 89,47%. Hasil tersebut sudah memenuhi KKM yaitu 70 dan ketuntasan klasikal yaitu 80%. Peningkatan nilai dalam menulis puisi ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar menjadikan keterampilan siswa dalam menulis puisi menjadi sangat baik. Hal tersebut dapat ditandai dengan kemampuan siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan mencapai hasil yang memuaskan.
 Kendala-kendala yang muncul selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar tiga dimensi adalah guru kurang maksimal dalam menjelaskan materi sehingga masih banyak siswa yang bingung. Guru kurang memotivasi siswa pada saat proses pembelajaran sehingga masih banyak siswa yang malu mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Pengelolaan waktu yang kurang tepat. Cara mengatasi kendala-kendala yang muncul pada saat proses pembelajaran adalah guru hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa dalam menyampaikan materi serta memberikan contoh-contoh dengan menggunakan kalimat yang sederhana dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Guru hendaknya memberikan motivasi secara terus menerus kepada siswa yang masih malu dan takut dalam bertanya, mengungkapkan pendapat maupun menjawab pertanyaan guru. Guru sebaiknya selalu memberikan penghargaan berupa kata-kata yang positif, membangun dan pujian kepada siswa yang menjawab pertanyaan walaupun jawaban dari siswa tersebut salah. Guru hendaknya mengelola waktu sebaik mungkin agar pengelolaan waktu dapat tepat sesuai jadwal yang sudah direncanakan.
Namun secara keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar menunjukkan adanya peningkatan dalam aktivitas guru atau keterlaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa berupa menulis puisi bebas sudah mencapai target penelitian.

5.2       Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan materi pembelajaran menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Oleh karena itu penulis menyarankan, (1) guru hendaknya mengembangkan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran inovatif dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis puisi, penggunaan media gambar tiga dimensi sebagai sumber belajar merupakan sebuah solusi yang sangat membantu dan mempermudah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi, (2) sekolah  hendaknya mampu memperbaiki pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dengan pembelajaran yang aktif,  inovatif,kreatif, efektif dan menyenangkan serta menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, (3) dalam setiap pembelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam menggunakan media pembelajaran agar siswa mempunyai pengalaman yang nyata dalam belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar Baru Algesindo

Aqib, Zainal dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi dkk., 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan  Pembelajaran.   Yogyakarta: Gava Media.

Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Ilmiah: Prinsip- Prinsip Dasar,  Langkah- Langkah dan Implementasinya. Surabaya: FBS UNESA.

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: CV. Yrama Widya

Mihardja, Ratih. 2012. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara

Nur’aini, Umri. 2008. Bahasa Indonesia untuk SD Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan  Nasional

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Resmini, Novi dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI PRESS



No comments:

Post a Comment