BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yang
melatar belakangi masalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas sesuai
dengan mata kuliah yang sedang dipelajari dan ditugaskan oleh dosen pembimbing
dengan judul “ Skenario Pembelajaran Yang Menggunakan Metode Belajar”.
Untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan maka pembelajaran itu harus
memiliki skenario yang baik, karena skenario merupakan salah satu diantara yang
paling penting untuk kelancaran dalam proses pembelajaran. Dengan adanya
skenario seorang pendidik akan lebih mudah melakukan pembelajaran sesuai dengan
yang direncanakan. Sehingga pembelajaran akan lebih efektif.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana skenario “Skenario
Pembelajaran Yang Menggunakan Metode Belajar”, sehingga mempermudah seorang
guru untuk melakukan suatu pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode menurut
Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui,
dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam
buku Metodologi Pendidikan Agama Islam (2001:19) Metode berarti
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah
cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Mengajar
adalah suatu usaha yang sangat kompleks,
sehingga sulit menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode
adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan.
Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2000: 24). Menurut Ahmadi (1997: 52) metode
pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang
cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru
atau instruktur. Pengertian lain mengatakan bahwa
metode pembelajaran merupakan teknik penyajian
yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, baik secara individual ataupun
secara kelompok agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik.
Adapun
yang dimaksud pembelajaran Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S.
Winataputra (2008) dalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
Jadi
pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan. Jadi dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk
mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua
memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah
cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dapat juga disimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran
yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong
seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam
penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik
oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat
bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.
2.2 Pengertian Skenario
Pengertian
secara umum, skenario adalah urutan cerita yang disusun oleh seseorang agar
suatu peristiwa terjadi sesuai yang diinginkan. Pengertian Khusus , Skenario
adalah naskah cerita yang ditulis dengan istilah-istilah kamera yang digunakan
sebagai panduan untuk pembuatan sebuah tayangan ( Film, Sinema ,
Elektronik/Sinetron Drama).
Menurut
Peter Scwartz, skenario adalah a tool (for) ordering one’s perseption about
alternative future environments in which one’s decision might be played out
right. Jadi skenario adalah sebuah gambaran yang konsisten tentang berbagai
kemungkinan (keadaan) yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Jika melihat
definisi di atas maka dapat dijabarkan bahwa skenario bukanlah sebuah
forecasting (ramalan) dalam pengertian bahwa skenario bukanlah sebuah proyeksi
masa depan dari data yang ada pada masa kini. Skenario juga bukan sebuah visi
(vision) atau kondisi masa depan yang diinginkan.
Pengertian
Pembelajaran dengan Metode Ceramah. Salah Satu Metode Pembelajaran Adalah
metode ceramah ( lecture method) yang merupakan tehnik pengajaran yang
dilakukan oleh guru secara monolog dan hubungan satu arah (one way
communication), metode ini dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya tangkap siswa.
2.3 Metode Ceramah
Secara
Umum Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar.
Menurut
Gage dan Berliner metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran
dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang
berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sulit untuk didapatkan.
Penerapan
metode ceramah merupakan cara mengajar yang Sudah sejak lama digunakan dalam
sejarah pendidikan. Cara ini terkadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya
memerlukan ketrampilan tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan dan dapat
menarik perhatian siswa. Namun kita masih mengakui bahwa metode ceramah ini
tetap penting dengan tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok
atau persoalan tertentu.
2.3.1 Keuntungan Pembelajaran
dengan Metode Ceramah
Keadaan
kelas berjalan dengan tenang, karena semua siswa melakukan aktivitas yang sama,
sehingga pendidk dapat mengawasi siswa sekaligus secara komprehensif.
·
Belajar Siswa Menjadi Terfokus, Dengan
waktu relatif singkat siswa dapat menerima pelajaran secara bersama.
·
Bahan Ajar yang Banyak Dapat Diuraikan
Menjadi singkat dan jelas.
·
Siswa Dapat melatih menggunakan
pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi
ceramah dengan cepat dan tepat.
2.3.2 Kekurangan Pembelajaran
dengan Metode Ceramah
·
Interaksi Selalu Berpusat kepada
Pendidik Atau Pembawa Materi
·
Pendidik tidak dapat mengetahui secara
pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.
·
Adanya Perbedaan tentang pemahaman
materi oleh siswa dengan apa yang dimaksudkan oleh pendidik.
·
Siswa kurang menangkap apa yang dimaksud
oleh pendidik, jika ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak
dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah verbalisme.
Namun
perlu diketahui juga bahwa untuk menggunakan metode ceramah secara murni itu
tidaklah mudah, maka dalam pelaksanaannya perlu menaruh perhatian untuk
mengkombinasikan dengan teknik-teknik penyajian lain sehingga proses belajar
mengajar yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan intensif.
Ø Tujuan
·
Metode ceramah digunakan
dengan tujuan untuk:
·
menyampaikan informasi atau materi
pelajaran
·
membangkitkan hasrat, minat, dan motivasi siswa
untuk belajar
·
memperjelas materi pelajaran
Ø Manfaat
·
Metode ceramah dapat digunakan dalam
hal:
·
jumlah siswa cukup besar
·
sebagai pengantar atau menyimpulkan materi yang
telah dipelajari
·
waktu yang tersedia terbatas, sedang materi yang
disampaikan cukup banyak
Tujuan dan manfaat penggunaan metode ceramah dan
ceramah bervariasi adalah untuk mengurangi kelemahan-kelemahan
tersebut antara lain:
·
siswa pasif, kegiatan
belajar mengajar berpusat pada guru, sehingga mengurangi
daya kreativitas dan aktivitas siswa
·
mudah menimbulkan salah tafsir, salah faham tentang
istilah tertentu tanpa mengetahui artinya (verbalisme)
·
melemahkan perhatian dan membosankan
siswa, apabila ceramah diberikan dalam waktu yang cukup lama
·
guru tidak segera memperoleh umpan balik tentang
penguasaan materi yang disampaikan
2.4 Metode Diskusi
Diskusi
adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi
maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin
mencari jawaban/penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1994)
Metode
diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada
suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain : 2006). Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi
pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang
dihadapai (Semiwan, 9990:76).Sedangkan menurut Suryosubroto (1997:179)
mengemukakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan
guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun ke berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
Metode
diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu
persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara
bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.Dalam diskusi
murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan
usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang
ditinjau dari berbagai segi.
2.4.1 Jenis- jenis Diskusi
·
Seminar
Pengertian Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah, tujuannya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.
Pengertian Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah, tujuannya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.
Pembahasan dalam
seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang telah disusun sebelumnya
oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang diminta
oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-pokok bahasan yang diminta oleh suatu
penitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan, akan dibahas secara
teoritis dan dibagi menjadi beberapa subpokok bahasan bila masalahnya sangat
luas. Pada awal seminar, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang
berwenang (yang ditunjuk panitia) sehingga tujuan seminar terarah. Kemudian
hadirin (massa) dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas permasalahan
lebih lanjut. Tiap kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok
bahasan untuk dibahas dalam kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi,
di bawah pimpinan seorang ketua komisi (kelompok). Dari hasil-hasil kelompok,
disusun suatu perumusan yang merupakan suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh
suatu tim perumus yang ditunjuk.
Pembahasan dalam seminar memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak dapat mengendalikan diri biasanya waktu banyak dipergunakan untuk pembahasan yang kurang penting. Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan selanjutnya sudah terarah.
Pembahasan dalam seminar memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak dapat mengendalikan diri biasanya waktu banyak dipergunakan untuk pembahasan yang kurang penting. Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan selanjutnya sudah terarah.
Ø Penggunaan
Seminar
Seminar
akan efektif bila:
·
Tersedia waktu yang cukup untuk membahas
persoalan.
·
Problema sudah dirumuskan dengan jelas.
·
Para peserta dapat diajak berfikir
logis.
·
Problema memerlukan pemecahan yang
sistematis.
·
Problema akan dipecahkan secara
menyeluruh.
·
Pimpmnan sidang cukup terampil dalam
mcnggunakan metode ini.
·
Kelompok tidak terlalu besar sehingga
memungkinkan setiap peserta mengambil bagian dalam berpendapat.
Kelebihan
dan kelemahan :
Kelebihan
:
·
Membangkitkan pemikiran yang logis.
·
Mendorong pada analisa menyeluruh.
·
Prosedurnya dapat diterapkan untuk
berbagai jenis problema.
·
Membangkitkan tingkat konsentrasi yang
tinggi pada diri peserta.
·
Meningkatkan keterampilan dalam mengenal
problema.
Kelemahan
:
·
Membutuhkan banyak waktu.
·
Memerlukan pimpinan yang terampil.
·
Sulit dipakai bila kelompok terlalu
besar.
·
Mengharuskan setiap anggota kelornpok
untuk mempelajari terlebih dahulu.
·
Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi
yang lain.
Contohnya
:
Seminar;
pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu
masalah.
·
Diskusi Panel
Panel
merupakan salah satu bentuk diskusi yang sudah direncanakan tentang suatu topik
di depan para pengunjung. Diskusi panel dibawakan oleb 3 – 6 orang yang
dianggap ahli yang dipimpin oleh seorang moderator.
Para
panelis berdiskusi sedemikian rupa, sehingga para pengunjung dapat mengikuti
pembicaraan mereka. Pengunjung hanya berfungsi sebagai pendengar, oleh karena
itu pengunjung yang begitu besar jumlahnya dianggap sebagai kelompok yang
diajar oleh suatu regu guru. Tetapi panel tidak boleh hanya sekedar merupakan
pengajaran informatif, melainkan harus dapat merangsang cara berpikir massa
dengan memberikan berbagai perspektif.
Pelaksanaan
panel dimulai dari perkenalan para panelis oleh moderator, kemudian disampaikan
persoalan umum kepada para panelis tersebut, untuk didiskusikan. Mereka
seharusnya adalah orang-orang yang pandai berbicara dengan lancar dan menarik.
Moderator juga memegang penanan dalam diskusi ini, sebagai pengatur jalannya
pembicaraan dengan sekali-kali menyimpulkan apa yang dikemukakan oleh para
panelis. Perbedaan pendapat tidak menjadi persoalan, karena pada diskusi panel
tidak perlu dicapai suatu kesatuan pendapat atau keputusan. Bahkan perbedaan
pendapat itulah yang diharapkan dapat memberikan stimulus bagi pendengar untuk
dapat berpikir lebih jauh. Pendengar tidak hanya akan menelan pesan yang sudah
jadi, melainkan dapat mengikuti proses pemikiran para panelis jalannya diskusi.
Setelah diskusi selesai, pendengar dapat membentuk kelompok-kelompok untuk
mendiskusikannya lebih lanjut. Akan tetapi selama diskusi panel, pendengar
tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pandangan.
Anda
dapat menggunakan panel kalau :
·
Ingin mengemukakan pandapat yang
berbeda-beda.
·
Ingin memberi stimulus para pendengar
akan adanya suatu persoalan yang perlu dipecahkan.
·
Ada panelis yang memenuhi syarat.
·
Pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan
dalam kelompok itu.
·
Ingin mengajak pendengar melihat “ke
dalam” tetapi tidak menginginkan tanggapan secara verbal.
·
Ada moderator yang cakap, yang dapat
menguasai segala aspek dan persoalan yang dibicarakan.
Kelebihan
dan Kelemahan :
Kelemahan
:
·
Membangkitkan pikiran.
·
Mengemukakan pandangan yang
berbeda-beda.
·
Mendorong ke analisis lebih lanjut.
·
Memanfaatkan para ahli untuk berpendapat
dan proses pemikirannya dapat membelajarkan orang lain.
Kelebihan :
·
Mudah tersesat bila moderator tidak
terampil.
·
Memungkinkan panelis berbicara terlalu
banyak.
·
Tidak memberi kesempatan peserta untuk
berbicara.
·
Cenderung menjadi serial pidato pendek.
·
Membutuhkan persiapan yang cukup masak.
Contohnya
:
Diskusi
Panel; diskusi yang diselenggarakan oleh sekelompok orang yang membahas suatu
topik yang menjadi perhatian umum di hadapan hadirin, pendengar (siaran radio),
atau penonton (siaran TV).
Langkah-langkah
penggunaan metode diskusi
Langkah-langkah
penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut:
·
Taraf persiapan, yang terdiri dari:
·
Memilih dan menetapkan topik atau tema
sekurang-kurangnya: mengidentifikasi masalah yang merupakan alternative untuk
dipilih dan didiskusikan.
·
Mengidentifikasi dan menetapkan satu
atau beberapa sumber bahan bacaan atau informasi yang hendak dipelajari oleh
siswa, sehingga kalau memasuki arena diskusi diharapkan telah membawa
bahan pemikiran
·
Menetapkan atau menyediakan alternatif
komposisi dan struktur komonikasi kelompok diskusi.
·
Menetapkan atau menyediakan alternatif
pemimpin diskusi pada guru atau siswa
·
Siswa membentuk kelompok-kelompok
diskusi, yang terdiri dari:
·
Memilih pimpinan diskusi (ketua,
sekretaris, pelapor)
·
Mengatur tempat duduk, ruangan, dan
sebagainya dengan bimbingan guru.
Siswa
berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari
kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan
dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi
dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa
yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
Setiap
kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan
ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan
atau penjelasan terhadap laporan tersebut
Akhirnya
siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskus
1. Kelebihan
metode diskusi
·
Dapat merangsang kreativitas siswa dalam
bentuk ide, gagasan prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
·
Dapat mengembangkan sikap menghargai
pendapat orang lain.
·
Mampu memperluas wawasan
·
Membina untuk terbiasa musyawarah untuk
memperkuat dalam memecahkan masalah
Kekurangan
metode diskusi
·
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang
besar
·
Pembicaraan terkadang menyimpang,
sehingga memerlukan waktu yang panjang
·
Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang
suka berbicara atau ingin menonjolkan diri
Metode
percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Syaiful Bahri Djamarah, (2000).
Menurut
Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan
teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.
Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Agar
penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan
percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi
tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan
mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen
siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka
perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah
sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka
disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan
jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen
itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan
lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias
diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur
eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan
dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang
alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal
yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu
dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan
siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan
hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes
atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Ø Merumuskan
Masalah
Sebelum
melakukan penelitian, langkah-langkah metode eksperimen paling awal yang
harus dikerjakan adalah merumuskan masalah. Apakah yang dimaksud dengan
masalah? Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Dengan kata
lain, masalah adalah peristiwa atau keadaan yang tidak kita inginkan sehingga
kita berusaha untuk mengatasinya.
Masalah
penelitian dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari literatur
(dapat berupa buku, majalah, artikel, jurnal ilmiah, atau skripsi). Masalah
dapat pula ditemukan dari pengamatan sehari-hari, misalnya mengapa padi di
sawah terserang hama wereng, mengapa ikan di kolam terserang penyakit, dan
mengapa tanaman di kebun sulit tumbuh.
Masalah
yang ada selanjutnya kita buat rumusan sehingga disebut rumusan masalah.
Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan rinci, lengkap, dan jelas mengenai
ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Masalah penelitian harus
dirumuskan secara jelas dan lengkap agar dapat dicari jalan penyelesaiannya
dengan tepat.
Rumusan
masalah biasanya dibuat dengan cara membuat pertanyaan dari masalah yang akan
diteliti. Pertanyaan tersebut dapat berupa apakah, bagaimana, mengapa, dan di
mana. Rumusan masalah yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara
lain sebagai berikut.
Ø Membuat
Hipotesis
Langkah-Langkah
Metode Eksperimen yang kedua yaitu hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau
“jawaban” sementara mengenai suatu hal atau permasalahan yang akan dibuktikan
kebenarannya melalui data-data atau fakta-fakta hasil penelitian. Pada umumnya,
hipotesis menunjuk pada hubungan antara dua variabel atau lebih. Misalnya,
dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Dosis Vitamin C terhadap
Pertumbuhan Anak Ayam”, hipotesis yang dibuat harus menunjukkan adanya hubungan
antara dosis vitamin C dan pertumbuhan anak ayam.
Hipotesis
dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
a.
Hipotesis Nol (H0)
Hipotesis
nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh antara satu variabel
dan variabel yang lain. Hipotesis ini sering ditulis H0. Jadi, untuk judul
penelitian “Pengaruh Pemberian Dosis Vitamin C Pertumbuhan Anak Ayam”, bunyi
hipotesis nol (H0)-nya adalah tidak ada pengaruh pemberian dosis vitamin C yang
lebih tinggi dibandingkan vitamin D terhadap pertumbuhan anak ayam.
Hipotesis
Alternatif (H1)
Hipotesis
alternatif adalah hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel
yang satu dan variabel yang lain. Hipotesis ini ditulis H1. Dengan demikian,
hipotesis alternatif (H1) untuk judul penelitian di atas adalah ada pengaruh
pemberian dosis vitamin C terhadap pertumbuhan anak ayam.
Contoh
Rumusan
masalah : Apakah pemberian dosis vitamin C berpengaruh terhadap pertumbuhan
anak ayam?
Variabel
bebas : Dosis vitamin C
Variabel
terikat : Pertumbuhan anak ayam
Hipotesis
nol (H0) : Tidak ada pengaruh pemberian dosis vitamin C terhadap pertumbuhan
anak ayam
Hipotesis
alternatif (H1) : Ada pengaruh pemberian dosis vitamin C terhadap pertumbuhan
anak ayam.
Hipotesis
tidak boleh dibuat secara asal-asalan. Hipotesis yang dirumuskan harus
berdasarkan dasar teori atau hasil penelitian terdahulu. Jadi, walaupun
hipotesis yang kita ajukan itu hanya merupakan dugaan sementara yang harus
diuji kebenarannya, peneliti tidak boleh asal menduga tanpa alasan. Hipotesis
yang kita buat harus ditulis dengan singkat dan jelas serta dapat diuji. Ada
banyak sekali metode pengujian hipotesis, salah satunya dengan cara analisis
statistik. Namun, cara menguji hipotesis dengan analisis statistik akan Anda
pelajari di perguruan tinggi nanti.
Apakah
setiap penelitian harus ada hipotesisnya? Jawabnya tidak. Hal tersebut terjadi
jika peneliti belum dapat menentukan dugaan sementara terhadap hasil yang akan
diperoleh sehingga dia tidak perlu membuat hipotesis. Beberapa penelitian yang
tidak perlu menggunakan hipotesis, antara lain penelitian deskriptif,
penelitian historis, pelacakan, dan penelitian eksploratif. Sebagai contoh
adalah penelitian tentang inventarisasi tumbuh-tumbuhan di suatu cagar alam. Di
sini peneliti hanya mendata jenis-jenis tanaman yang hidup di cagar alam
tersebut.
Ø Mengumpulkan
Data
Setelah
membuat hipotesis, Langkah-Langkah Metode Eksperimen selanjutnya adalah
mengumpulkan data. Penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang dapat
digunakan untuk menguji hipotesis. Data adalah informasi atau keterangan, baik
kuantitatif maupun kualitatif, yang menunjukkan fakta. Data diperoleh melalui
pengamatan. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat indra atau
menggunakan alat ukur. Hasil pengamatan dengan menggunakan alat indra
menghasilkan data berupa warna, bau/ aroma, rasa, dan tekstur objek. Semua itu
merupakan deskripsi ciri-ciri objek yang diamati. Data yang demikian itu
disebut data kualitatif, yaitu data yang berbentuk bukan angka dan tidak dapat
dinyatakan dengan angka.
Data
yang diperoleh melalui pengamatan dengan menggunakan alat ukur merupakan data
yang dapat dinyatakan dengan angka. Data tersebut dinamakan data kuantitatif.
Pengambilan data kuantitatif harus menggunakan alat ukur dan satuan pengukuran
yang bersifat universal, artinya berlaku dan dapat diterima di seluruh dunia.
Sebagai contoh, untuk mengukur panjang digunakan satuan meter dan untuk
mengukur berat digunakan satuan kilogram.
Ø Mengolah
Data
Nilai-nilai
hasil pengamatan atau pengukuran disebut data. Data yang belum diolah dinamakan
data mentah. Seluruh data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengamatan
harus disusun dan ditampilkan sesuai dengan bagian-bagiannya. Hal tersebut
bertujuan agar kita lebih mudah membacanya. Setelah itu, data-data tersebut
harus diolah agar dapat ditafsirkan atau diartikan. Penafsiran data berguna
untuk pengambilan simpulan. Pengambilan simpulan berhubungan dengan hipotesis
karena hal itu menentukan diterima atau tidaknya hipotesis.
Tahap
pengolahan data diawali dengan pengelompokan dan penyajian data sesuai dengan
kelompoknya. Kemudian, data diolah dengan cara membuat diagram (batang, garis,
atau lingkaran) serta analisis statistik. Pengerjaan analisis statistik ada
yang rumit dan ada pula yang sederhana. Untuk tingkat SMA, cukup menggunakan
analisis statistik sederhana yang hanya menggunakan nilai rata-rata (mean),
nilai yang sering muncul (modus), dan nilai tengah (median). Jadi, sekarang
Anda cukup belajar bagaimana mengolah dan menampilkan data yang diperoleh agar
mudah dibaca, dipahami, dan diartikan sehingga Anda mudah membuat simpulan.
Ø Membuat
Simpulan
Setelah
melakukan pengolahan data, Langkah-Langkah Metode Eksperimen selanjutnya adalah
membuat kesimpulan. Dalam membuat simpulan, peneliti harus memerhatikan
hipotesis yang diajukan serta data-data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian. Data-data penelitian yang telah dianalisis digunakan untuk menguji
hipotesis mana yang diterima sehingga kita dapat menarik simpulan dengan benar.
Diterima
atau tidaknya hipotesis untuk menarik sebuah simpulan sangat bergantung pada
tujuan yang diinginkan oleh peneliti. Tidak sesuainya hipotesis dengan apa yang
diharapkan oleh peneliti bukan berarti penelitian tersebut gagal. Justru
sebaliknya, hal itu akan menambah khazanah pengetahuan kita.
Ø Membuat
Laporan Penelitian
Langkah-Langkah
Metode Eksperimen yang terakhir yaitu membuat laporan penelitian. Salah satu
kewajiban peneliti adalah membuat laporan atas penelitian yang dikerjakannya.
Laporan penelitian merupakan karya tulis ilmiah sehingga harus ditulis dengan
aturan tertentu serta menggunakan bahasa dan kosakata ilmiah yang baku. Laporan
penelitian memuat informasi penting yang berkaitan dengan penelitian yang
dikerjakan. Secara garis besar, laporan penelitian berisi hal-hal sebagai
berikut.
a.
Pendahuluan
Pendahuluan
berisi uraian singkat tentang latar belakang dilakukannya penelitian tersebut,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian tersebut.
b.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan
pustaka berisi dasar teori yang berkaitan dengan penelitian yang dapat
digunakan sebagai landasan dilakukannya penelitian tersebut. Dasar teori dapat
diperoleh dari buku literatur, artikel ilmiah, atau hasil-hasil penelitian
terdahulu (jurnal), surat kabar, majalah, dan internet.
c.
Hipotesis (Jika Ada/ Perlu)
Hipotesis
merupakan dugaan sementara yang akan diuji melalui hasil penelitian. Hipotesis
tidak selalu ada dalam setiap penelitian.
d.
Metode Penelitian
Metode
penelitian berisi uraian tentang tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, alat
dan bahan yang dipakai, serta desain penelitian atau cara kerja yang dilakukan.
e.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
dan pembahasan berisi hasil-hasil yang didapat dari penelitian. Hasil yang
dicantumkan merupakan data yang sudah diolah, baik dalam bentuk tabel, grafik,
atau gambar. Pembahasan berisi ulasan dan argumentasi dari peneliti tentang
hasil yang diperoleh jika dihubungkan dengan teori yang ada. Untuk dapat
melakukan pembahasan yang baik, diperlukan dukungan literatur yang relevan.
Metode
ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
·
Anak didik dapat mengembangkan sikap
untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
·
Dengan metode ini akan terbina manusia
yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
·
Anak didik memperoleh pengalaman dan
keterampilan dalam melakukan eksperimen
·
Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta
dan informasi yang diperlukan untuk percobaan.
·
Dapat menggunakan dan melaksanakan
prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
·
Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir
siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan
verbalisme.
·
Melalui eksperimen siswa dapat
menghayati sepenuh hati dan mendalam, mengenai pelajaran yang diberikan.
·
Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk
berbuat bagi dirinya, dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya
melakukan.
·
Siswa dapat aktif mengambil bagian yang
besar, untuk melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Jalan ini
dilakukan melalui pengumpulan data-data observasi, memberikan penafsiran serta
kesimpulan.
·
Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan
tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
·
Jika eksperimen memerlukan jangka waktu
yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
·
Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak
terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil
kesimpulan.
·
Sering mengalami kesulitan dalam
melaksanakan eksperimen karena guru dan siswa kurang berpengalaman melakukan
eksperimen.
·
Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak
terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil
keputusan.
·
Memerlukan keterampilan/kemahiran dari
pihak guru dalam menggunakan serta membuat alat-alat eksperimen
·
Bagi guru yang telah terbiasa dengan
metode ceramah secara rutin misalnya. Cenderung memadang metode eksperimen
sebagai suatu pemborosan dan memberatkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode menurut
Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(1999:114) berasal dari kata meta berarti melalui,
dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Pengertian
secara umum, skenario adalah urutan cerita yang disusun oleh seseorang agar
suatu peristiwa terjadi sesuai yang diinginkan.
Secara
Umum Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar.
Keadaan
kelas berjalan dengan tenang, karena semua siswa melakukan aktivitas yang sama,
sehingga pendidk dapat mengawasi siswa sekaligus secara komprehensif.
·
Belajar Siswa Menjadi Terfokus, Dengan
waktu relatif singkat siswa dapat menerima pelajaran secara bersama.
·
Bahan Ajar yang Banyak Dapat Diuraikan
Menjadi singkat dan jelas.
·
Siswa Dapat melatih menggunakan
pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi
ceramah dengan cepat dan tepat.
Kekurangan Pembelajaran dengan
Metode Ceramah
·
Interaksi Selalu Berpusat kepada
Pendidik Atau Pembawa Materi
·
Pendidik tidak dapat mengetahui secara
pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.
·
Adanya Perbedaan tentang pemahaman
materi oleh siswa dengan apa yang dimaksudkan oleh pendidik.
·
Siswa kurang menangkap apa yang dimaksud
oleh pendidik, jika ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak
dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah verbalisme.
Diskusi
adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi
maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin
mencari jawaban/penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada.
No comments:
Post a Comment