BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kreativitas merupakan suatu tuntutan
pendidikan dan kehidupan yang sangat penting pada saat ini. Kreativitas akan
menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru dalam suatu kehiduapan.
Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya
karena mereka dapat mampu memenuhi kebutuhan lingkungan yang terus berubah dan
mampu untuk bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.
Potensi kreatif yang sangat penting tersebut
pada dasarnya dimiliki oleh setiap anak, bahwa anak-anak memiliki ciri-ciri
oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri individu kreatif, misalnya: rasa
ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, berani
menghadapi resiko, senang akan hal-hal yang baru, dan lain sebaginya. Meskipun
demikian faktor orang tua, guru di sekolah, dan lingkungan merupakan faktor
penting yang sangat mempengaruhi perkembangan kreativitas tersebut.
Dunia anak-anak merupakan pewarnaan emosional
yang paling nyata. Kompetensi-kompetensi dini yang dihasilkan anak-anak akan
mendorong kreativitas mereka selanjutnya. Anak-anak merupakan objek paling
murni untuk digali kemampuannya melalui kreativitas yang tercipta. Mereka
bukanlah miniatur orang dewasa. Perlakuan khusus sebagai anak-anak sangat
mereka butuhkan. Kreativitas merupakan suatu aktivitas dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu atau 2 kombinasi baru berdasarkan unsur-unsur yang telah
ada sebelumnya menjadi sesuatu yang berarti dan bermanfaat. Kreativitas dapat
terwujud di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja tanpa memandang usia
maupun tingkat pendidikan tertentu. Menyibukkan diri dengan melakukan hal-hal
yang kreatif sangat bermanfaat dan memberikan kepuasan tersendiri. Tidak
dipungkiri lagi bahwa kreativitas dapat meningkatkan kualitas hidup. Ide-ide
kreatif yang tercipta dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain bahkan Negara
terbukti dengan pesatnya kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan. Semua itu merupakan salah satu sumbangan kreativitas. Jadi,
kreativitas harus dipupuk sejak dini sehingga anak-anak kelak tidak hanya
menjadi konsumen saja namun bisa melahirkan dan menciptakan sesuatu yang
bermakna dan berguna.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada
penelitia makalah ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan peranan masyarakat dalam mengembangkan kreativitas ?
2. Apa
yang di maksud dengan kreativitas ?
3. Bagaimana
peranan masayarakat dalam mengembangkan kreatifitas ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
penulis dapat mengetahui tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Dapat
memahami peranan masyarakat dalam mengembangkan kreativitas.
2. Dapat
mengetahui pengertian tentang kreativitas.
3. Dapat
mengetahui bagaimana peranan masayarakat dalam mengembangkan kreatifitas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas
merupakan salah satu kemampuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan intelektual, seperti
intelegensi, bakat dan kecakapan hasil belajar.
Kreatifitas
dan kecerdasan seseorang tergantumg pada kemampuan mental yang berbeda-beda.
Menurut J.P. Guilford, kreatifitas adalah berpikir divergen, yaitu aktivitas
mental yang asli, murni, dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan
menghasilkan lebih dari satu pemecahan persoalan. Carkl Monstakis (dalam
Munandar, 1995) mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam antara
hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain.
Kreativitas merupakan
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan karya
nyata,baik dalam cirri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun
dalam kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang semua itu relative berbeda
dengan apa yang sudah ada sebelumnya.(Reni Akbar, 2001:5).
2.2 Ciri-ciri Kreatifitas
Ada
dua kolompok ciri-ciri krativitas, yaitu kognitif dan afektif . Ciri-ciri
afektif meliputi kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas. Pengertian
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kelancaran,
ini menunjuk pada kemampuan untuk menciptakan ide-ide sabagai alternatif
pemecahan masalah. Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk mengajukan
ide-ide atau alternatif pemecahan masalah. Untuk dapat menghasilkan ide-ide
diperlukan adanya pengetahuan yang luas tetapi juga dalam. Orang yang kreatif
memiliki kemampuan melihat masalah dari bermacam-macam sudut pandang.
2. Fleksibitas
(kelenturan), hal ini menunjuk pada kemampuan memindah ide, meninggalkan suatu
kerangka piker lain, untuk mengganti pendekatan satu dengan pendekatan lain.
Orang kreatif tidak terlalu terikat padacara-cara pemecahan masalah yang
digunakan, sebaliknya dia selalu berupaya menemukan alternatif baru untuk
memecahkan masalah yang lebih efektif lagi.
3. Orisinalitas
(keaslian pemikiran), menunjuk pada kemampuan menciptakan pemikiran atau
ide-ide yang asli dari dirinya. Orang kreatif memiliki kemampuan menciptakan
ide atau pemikiran dalam bentuk baru, imajinatif, orisinal dan berbeda dengan
ide-ide pemecahan masalah yang lama. Orang kreatif dapat menjangkau diluar
pemikiran orang biasa, dia berpikir dengan cara yang unik melampaui cara-cara
yang biasa digunakan, dan meraka lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan mudah
menerima ide-ide yang baru, baik idenya sendiri maupun idenya orang lain.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
1. Faktor
tersedianya sarana
kebudayaan
Seorang
musikus akan sulit mengembangkan bakatnya jika ia hidup dilingkungan
dimana tidak ada kemungkinan untuk mempelajari musik secara wajar walaupun ia
berbakat. Tersedianya sarana juga meliputi sarana fisik dalam bentuk peralatan
atau bahan yang dibutuhkan untuk suatu bidang. Oleh karena itu jika
kreatifitasdalam bidang seni ingin dikembangkan, maka peningkatan sarana dan
media kebudayaan perlu dikembangkan. Tersedianya media tersebut merupakan
persyaratan bagu pertumbuhan suatu kebudayaan.
2. Keterbukaan
terhadap rangsangan kebudayaan
Rangsangan
dan lingkungan kebudayaan tidak hanya harus tersedia, tetapi juga harus
diingini dan mudah didapatkan. Kebudayaan tidak hanya memperhatikan
tujuan-tujuan seperti kesejahteraan, keamanan, dan pertahanan, namun juga
sebaiknya media kebudayaan terbuka bagi semua lapisan masyarakat dan tidaklagi
golongan tertentu saja.
3. Memberikan
kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa
diskriminasi
Dahulu
dan sekarang, sampai batas tertentu yang mendapat privilege untuk bidang-
bidang kebudayaan tertentu. Diskriminasi juga berlaku bagi jenis kelamin.
Jarang sekali wanita yang mencapai keunggulan dalam salah satu bidang
dibandingkan dengan pria.
Menurut
penelitian Terman (dalam Venom, 1982), yang menyelidiki biografi dari
tokoh-tokoh yang unggul serta mengikuti perkembangan anak-anak berbakat dari
masa anak sampai masa dewasanya, maka wanita pada umumnya sejak di SD sampai
dengan di perguruan tinggi dapat melebihi pria dalam prestasi akademik, akan
tetapi dalam dunia pekerjaan mereka tidak lagi dapat bersaing dengan pria.
Keadaan ini bukan karena faktor kemampuan, tapi dikarenakan faktor motivasi dan
kesempatan.
4. Faktor
interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti
Orang-orang
yang berarti saling mempengaruhi melelui produk yang mereka hasilkan maupun
melalui kontak pribadi langsung. Interaksi antara kelompok orang yang tenar
dalam bidang tertentu (misalnya para seniman di Taman Ismail Marzuki), dengan
adanya kesepakatan bekerja sama, dapat mempunyai dampak yang bermakna.
5. Faktor insentif,
penghargaan atau hadiah
Dari
segi pendidikan, apabila insentif atau motifasi eksternal (yaitu berupa hadiah,
uang dan sebagainya) terlalu sering diberikan, justru dapat mempunyai dampak
bahwa motifasi internal berkurang atau hilang. Artinya orang tidak
lagi mencipta demi ciptaan itu sendiri, akan tetapi terutama karena dibayangi
oleh keinginan mendapat hadiah. Dalam hal ini motivasi internal (mencipta demi
hadiah yang akan diperoleh).
Bagaimanapun,
sampai batas-batas tertentu insentif dari luar dapat menguatkan motivasi untuk
berprestasi dan mempunyai dampak memperkuat
(reinforcing), tidak terutama karena hadiahnya, hadiah tersebut hanya
melambangkan penghargaan terhadap si pencipta.
Satu
hal yang perlu disadari ialah bahwa dengan terpenuhinya kesembilan factor
creativogenic tersebut dimuka, belum merupakan jaminan bahwa kreativitas akan
muncul. Faktor-faktor tersebut hanya merupakan faktor penunjang atau
ketidakhadirannya merupakan faktor penghambat. Akan tetapi akhirnya yang paling
menentukan adalah unsure-unsur intrapsikis dari diri pribadi individu itu
sendiri. Karena itu mungkin saja timbul tokoh yang kreatif, walaupun
lingkungannya tidak kondusif untuk perkembangan kreativitas.
2.4 Peran Serta Masyarakat
Dalam
suatu daerah tentunya sudah ada wadah yang menampung dan membina bakat dalam
bidang seni dan visual dan pertunjukan. Ada sekolah music, sekolah tari,
sanggar melukis, dan lain sebagainya.
Demikian
pula untuk bakat dalam bidang psikomotor, seperti olahraga, juga cukup tampak
lembaga pendidikan atau perkumpulan yang menangani berbagai bidang olahraga,
seperti berenang, bulu tangkis, sepak bola, atletik, dan lain-lainnya yang
diprakarsai oleh masyarakat. Bahkan akhir-akhir ini tampak diadakan
kursus-kursus untuk berbagai macam ketrampilan seperti menjahit, memasak,
tekhnik computer, dan sebagainya. Tetapi lembaga yang khusus bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif melalui berbagai media masih sangat
sedikit.
Yang
masih perlu digalakkan di Negara ini adalah peran serta masyarakat dalam
pengadaan program pendidikan anak berbakat yang merupakan kerja sama antar
sekolah dan keluarga. Yang perlu dilakukan ialah menemukan penerapan spesifik
dari sumber-sumber social cultural yang memupuk perkembangan kreatif dalam
lingkungan pendidikan. Agar melalui magic synthesis anak berbakat kita dapat
menjadi pribadi yang unggul serta kreatif.
Pendapat
dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-fakor
social-budaya dengan pengembangan kreatifitas anggota masyarakat menunjukkan
kesamaan dengan temuan pakar dan peneliti diluar negeri sehubungan dengan
kondisi social-budaya yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa. Faktor
penentu yang dimaksud melalui antara lain, adanya interaksi antara dua gerak
psikologis, yaitu pengendalian konservatif dan tantangan menghadapi pembaruan,
perkembangan teknologi tingkat tinggi yang digunakan secara efektif,
keterbukaan terhadap rangsangan budaya baru yang memungjan pembuahan saling
system antar budaya, adanya kebebasan untuk ungkapan kretif dan komunikasi, dan
keterpaduan kebudayaan Indonesia yang baru dengan kebudayaan dunia yang sedang
tumbuh.
Peran
serta masyarakat dalm penyalenggaraan pelayanan pendidikan anak berbakat dapat
terwujud melalui barbagai bentuk kerja sama. Anak berbakat dapat mengunjungi
beberapa tempat kerja bisnis dan organisasi, dan memperoleh latihan disana.
Pemimpin ataupun tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki keahliam atau ketrampilan
dalam bidang tertentu dapat memberi pengetahuan terhadap anak-anak, sehingga
dengan demikian melatih ketrampilan penelitian dan mendekatkan siswa terhadap
masalah nyata dalam kehidupan. Program luar sekolah dapat membantu memenuhi
kebutuhan kognitif (mengembangkan ketrampilan berpikir), afektif (berkomunikasi
dengan teman sebaya atau orang dewasa yang kreatif), dan generatif (menemukan
cara-cara baru untuk memecahkan masalah).
Akhir-akhir
ini telah tampak peran serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta siswa
berbakat dalam berbagai bidang dengan menyelenggarakan kursus, pelatihan,
sanggar, dan sebagainya. Namun masih perlu digalakkan adalah kerja sama tiga
lingkungan pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat) dalam pengadaan
berbagai alternative program pendidikan anak berbakat.
2.5 Kebudayaan yang “Creativogenic”
Bronowski
menemukan dua puncak kejayaan kreativitas dalam sejarah Barat;kebudayaan Yunani
antara 600 dan 300 SM dan zman Reinnassance.Agaknya dalam kebudayaan-kebudayaan
tertentu kreativitas lebih dihargai sehingga lebih berkembang daripada dalam
kebudayaan-kebudayaan lainnya.Silvano Arieti menamnakn kebudayaan itu seperti
kebudayaan”creativogenic”,yaitu kebudayaan yang menunjang ,memupuk dan
memungkinkan perkembangna kreativitas.
Arieti
mengemukakan sembilan faktor sosiokultural yang “creativogenic”
1.
Tersedianya sarana kebudayaan
2.
Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
3.
Penekanan pada “becoming” tidak hanya”being”
4.
Memberikan kesempatan bebas terrhadap media
kebudayaan bagi semua warga negara tanpa diskriminasi
5.
Timbulnya kebebasan atau paling tidak hanya
ada diskriminasi yang ringan setelah pengalaman tekanan dan tindasan yang keras
,merupakan insentif atau tantangan terhadap pertumbuhan kreativitas.
6.
Keterbukaan terrhadap rangsangan kebudayaan
yang berbeda
7.
Toleransi dan minat terhadap pandangan yang
divergen
8.
Adanya interaksi antara pribadi-pribadi yang
berarti
9.
Adanya insentif ,penghargaan atau hadiah
2.6 Kebudayaan ,Kreativitas dan
Keunggulan
Simonton
memusatkan perhatian pada kondisi kebudayaan
yang menunjang atau menghambat munculnya tkoh-tokoh unggul
kreatif.Simonton membuat perbedaan kritis antara dua tahap dalam kehidupan
pencipta yaitu:
1.
Kejadian sosiokultural yang dapat mempunyai
pengaruh terhadap masa produktivitas pencipta
2.
Kejadian sosiokultural yang dapat berpengaruh
terhadap perrkembangan pencipta.
Simonton
mengemukakan tujuh perrubah yang mempengaruhi perkembangan kratif seseorang
yaitu:
1.
Pendidikan Formal
2.
Adanya pencipta ulang yang menjadi model
peran
3.
Zeitgeist yaitu adanay pengaruh dari iklim
mental pada kala waktu tertentu dalam sejarah
4.
Fragmentasi Politis
5.
Keadaan perang
6.
Gangguan sipil
7.
Ketidakstabilan politis
Kesimpulam
nya,budaya dapat berpengaruh dalam memudahkan atau menghambat pengembangan
kreatiivtas selama tahun-tahun formatif dari anak-anak dan pertumbuhan bakat.
Arieti
menunjukkan bahwa adda beberapa pandangan yang berbeda.Di satu pihak ,ada yang
berpandangan bahwa genius dibentuk oleh kebudayaan.Di lain pihak,ada yang
berpandangan bahwa kebudayaan baru dibentuk atau dicipta oleh genius.
2.7 Kebudayaan Indonesia dan
Pengembangan Kreativitas
Menurut Toeti
Noerhadi sejarah manusia dapat dikembalikan pada interaksi antar dua gerak
psikologi ,yaitu yang bersifat pengemdalian konservatif dan suatu daya kreatif
yang mempertanyakan pengalaman masa lalu dan menghadapi pembaruan.
Selo
Semardjan menekankan bahwa ornag yang benar-benar kreatif memilki sistem nilai
dan sistem apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama dengan nilai-nilai
yang dianut masyarakat ramai.
Harsya
Bachtiar seperti juga Rogers memaparkan kebutuhan sosial akan kreativitas
yang menghendaki suatu bentuk,struktur ,pola atau sistem yang baru
karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuh
kebutuhan .Menurutnya,faktor lain yang tidak kurang penting adalah
pembuahan silang antar sistem budaya.
2.8 Bentuk Kerja sama dengan Masyarakat
Kelompok
peminat didalma masyarakat merupakan unsur yang kuat dalam pengadaan program
untuk siswa berbakat,terutama di negara-negara yang sistem sekolahnya belum
melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat.Banyak negara lainnya melaporkan
bahwa masyarakat merupakan sumber penunjang utama atau paling tidak salah satu
sumber utama.
Program
anak berbakat cukup banyak pula yang merupakan kerrja sama antara bisnis ddan
industri dengan sekolah .Hal ini dapat berupa kunjungan ke tempat kerja,dengan
sebelumnya ada pembelajaran persiapan.
Kemungkinan
lain adalah bahwa para ahli atau spesialis dalam bidang tertentu datang ke
sekolah untuk memberi ceramah,memberi demonstrasi dari pekerjaan mereka dengan
mebagikan perralatan dan sebagainya.
Sebagaimana
dinyatakan oleh Frank “teh community becomes the classroom”.Siswa dapat
“magang” bekerja di beberapa perusahaan atau pabrik .Hubungan mentor dengan
orang-orang bisnis atau ilmuan industri dapat memupuk perrkembangan
keterampilan ,sikap ,nilai dan citra diri.
2.9 Memanfaatkan Sumber dalam Masyarakat
Koordinator
program sebagai pengelola dapat melakukan atau merrencanakan
kegiatan sebagai berikut:
v Menyediakan
bus yang dapat menjadi laboratorium mobil yang dapat membawa siswa
ke lapangan.
v Menghubungi
perhimpunan orang-orang yang sudah pensiun atau lanjut usia
v Menghubungi
orangtua yang dapat mengajar dalam bidang minat mereka
v Memanfaatkan
fasilitas perusahaan yang letaknya dekat sekola yang memberikan kesempatan
belajar
v Menggunakan
tape recorder yang memungkinkan siswa menjajaki daerah tertentu untuk melakukan
survei atau mengkaji topik tertentu
v Mengunjungi
perusahaan telepon
v Mengunjungi
stasiun televisi
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran
serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta siswa berbakat sudah semakin
banyak ditemukan akhir-akhir ini seperti kursus, pelatihan, sanggar, dan
sebagainya. Demikian pula untuk bakat dalam bidang psikomotor seperti olahraga
dan bahkan sekarang sudah banyak ditemukan kursus untuk berbagai macam keterampilan
seperti menjahit, memasak, kecantikan, dan sebagainya yang mengembangkan
berbagai talenta. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
pendidikan anak berbakat dapat terwujud melalui berbagai bentuk
kerja sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Saleh
Abdul Rahman,Wahab muhbib Abdul, 2004, Psikologi Suatu PengantarDalam
Perspektif Islam, Jakarta: Kencana
Rahmawati Yeni,
Kurniawati Euis, 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas
Anak. Jakarta: Fajar Inter PratamaOffset.
Munandar
Utami, 1999. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Gerungan.W.A,
1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresto.
Reni
Akbar Hawardi, R. Sihadi Darmo Wiharjo, Mardi Wiyono, 2001. Kreativitas.
Jakarta: Grasindo
No comments:
Post a Comment