Saturday, 31 March 2018

PERANAN MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan dan kehidupan yang sangat penting pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru dalam suatu kehiduapan. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya karena mereka dapat mampu memenuhi kebutuhan lingkungan yang terus berubah dan mampu untuk bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.

Potensi kreatif yang sangat penting tersebut pada dasarnya dimiliki oleh setiap anak, bahwa anak-anak memiliki ciri-ciri oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri individu kreatif, misalnya: rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, berani menghadapi resiko, senang akan hal-hal yang baru, dan lain sebaginya. Meskipun demikian faktor orang tua, guru di sekolah, dan lingkungan merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi perkembangan kreativitas tersebut.

Dunia anak-anak merupakan pewarnaan emosional yang paling nyata. Kompetensi-kompetensi dini yang dihasilkan anak-anak akan mendorong kreativitas mereka selanjutnya. Anak-anak merupakan objek paling murni untuk digali kemampuannya melalui kreativitas yang tercipta. Mereka bukanlah miniatur orang dewasa. Perlakuan khusus sebagai anak-anak sangat mereka butuhkan. Kreativitas merupakan suatu aktivitas dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau 2 kombinasi baru berdasarkan unsur-unsur yang telah ada sebelumnya menjadi sesuatu yang berarti dan bermanfaat. Kreativitas dapat terwujud di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja tanpa memandang usia maupun tingkat pendidikan tertentu. Menyibukkan diri dengan melakukan hal-hal yang kreatif sangat bermanfaat dan memberikan kepuasan tersendiri. Tidak dipungkiri lagi bahwa kreativitas dapat meningkatkan kualitas hidup. Ide-ide kreatif yang tercipta dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain bahkan Negara terbukti dengan pesatnya kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Semua itu merupakan salah satu sumbangan kreativitas. Jadi, kreativitas harus dipupuk sejak dini sehingga anak-anak kelak tidak hanya menjadi konsumen saja namun bisa melahirkan dan menciptakan sesuatu yang bermakna dan berguna.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitia makalah ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan peranan masyarakat dalam mengembangkan kreativitas ?
2.    Apa yang di maksud dengan kreativitas ?
3.    Bagaimana peranan masayarakat dalam mengembangkan kreatifitas ?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat mengetahui tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1.    Dapat memahami peranan masyarakat dalam mengembangkan kreativitas.
2.    Dapat mengetahui pengertian tentang kreativitas.
3.    Dapat mengetahui bagaimana peranan masayarakat dalam mengembangkan kreatifitas.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi, bakat dan kecakapan hasil belajar.
Kreatifitas dan kecerdasan seseorang tergantumg pada kemampuan mental yang berbeda-beda. Menurut J.P. Guilford, kreatifitas adalah berpikir divergen, yaitu aktivitas mental yang asli, murni, dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan persoalan. Carkl Monstakis (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain.
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan karya nyata,baik dalam cirri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun dalam kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang semua itu relative berbeda dengan apa yang sudah ada sebelumnya.(Reni Akbar, 2001:5).

2.2 Ciri-ciri Kreatifitas
Ada dua kolompok ciri-ciri krativitas, yaitu kognitif dan afektif . Ciri-ciri afektif meliputi kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas. Pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.    Kelancaran, ini menunjuk pada kemampuan untuk menciptakan ide-ide sabagai alternatif pemecahan masalah. Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk mengajukan ide-ide atau alternatif pemecahan masalah. Untuk dapat menghasilkan ide-ide diperlukan adanya pengetahuan yang luas tetapi juga dalam. Orang yang kreatif memiliki kemampuan melihat masalah dari bermacam-macam sudut pandang.

2.    Fleksibitas (kelenturan), hal ini menunjuk pada kemampuan memindah ide, meninggalkan suatu kerangka piker lain, untuk mengganti pendekatan satu dengan pendekatan lain. Orang kreatif tidak terlalu terikat padacara-cara  pemecahan masalah yang digunakan, sebaliknya dia selalu berupaya menemukan alternatif baru untuk memecahkan masalah yang lebih efektif lagi.

3.    Orisinalitas (keaslian pemikiran), menunjuk pada kemampuan menciptakan pemikiran atau ide-ide yang asli dari dirinya. Orang kreatif memiliki kemampuan menciptakan ide atau pemikiran dalam bentuk baru, imajinatif, orisinal dan berbeda dengan ide-ide pemecahan masalah yang lama. Orang kreatif dapat menjangkau diluar pemikiran orang biasa, dia berpikir dengan cara yang unik melampaui cara-cara yang biasa digunakan, dan meraka lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan mudah menerima ide-ide yang baru, baik idenya sendiri maupun idenya orang lain.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
1.    Faktor tersedianya sarana kebudayaan                     
Seorang musikus akan sulit mengembangkan bakatnya jika ia hidup dilingkungan dimana tidak ada kemungkinan untuk mempelajari musik secara wajar walaupun ia berbakat. Tersedianya sarana juga meliputi sarana fisik dalam bentuk peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk suatu bidang. Oleh karena itu jika kreatifitasdalam bidang seni ingin dikembangkan, maka peningkatan sarana dan media kebudayaan perlu dikembangkan. Tersedianya media tersebut merupakan persyaratan bagu pertumbuhan suatu kebudayaan.

2.    Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan                   
Rangsangan dan lingkungan kebudayaan tidak hanya harus tersedia, tetapi juga harus diingini dan mudah didapatkan. Kebudayaan tidak hanya memperhatikan tujuan-tujuan seperti kesejahteraan, keamanan, dan pertahanan, namun juga sebaiknya media kebudayaan terbuka bagi semua lapisan masyarakat dan tidaklagi golongan tertentu saja.

3.    Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi
Dahulu dan sekarang, sampai batas tertentu yang mendapat privilege untuk bidang- bidang kebudayaan tertentu. Diskriminasi juga berlaku bagi jenis kelamin. Jarang sekali wanita yang mencapai keunggulan dalam salah satu bidang dibandingkan dengan pria.
Menurut penelitian Terman (dalam Venom, 1982), yang menyelidiki biografi dari tokoh-tokoh yang unggul serta mengikuti perkembangan anak-anak berbakat dari masa anak sampai masa dewasanya, maka wanita pada umumnya sejak di SD sampai dengan di perguruan tinggi dapat melebihi pria dalam prestasi akademik, akan tetapi dalam dunia pekerjaan mereka tidak lagi dapat bersaing dengan pria. Keadaan ini bukan karena faktor kemampuan, tapi dikarenakan faktor motivasi dan kesempatan.

4.    Faktor interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti
Orang-orang yang berarti saling mempengaruhi melelui produk yang mereka hasilkan maupun melalui kontak pribadi langsung. Interaksi antara kelompok orang yang tenar dalam bidang tertentu (misalnya para seniman di Taman Ismail Marzuki), dengan adanya kesepakatan bekerja sama, dapat mempunyai dampak yang bermakna.

5.    Faktor insentif, penghargaan atau hadiah
Dari segi pendidikan, apabila insentif atau motifasi eksternal (yaitu berupa hadiah, uang dan sebagainya) terlalu sering diberikan, justru dapat mempunyai dampak bahwa motifasi internal berkurang atau hilang. Artinya orang tidak lagi mencipta demi ciptaan itu sendiri, akan tetapi terutama karena dibayangi oleh keinginan mendapat hadiah. Dalam hal ini motivasi internal (mencipta demi hadiah yang akan diperoleh).
Bagaimanapun, sampai batas-batas tertentu insentif dari luar dapat menguatkan motivasi untuk berprestasi dan mempunyai dampak memperkuat (reinforcing), tidak terutama karena hadiahnya, hadiah tersebut hanya melambangkan penghargaan terhadap si pencipta.
Satu hal yang perlu disadari ialah bahwa dengan terpenuhinya kesembilan factor creativogenic tersebut dimuka, belum merupakan jaminan bahwa kreativitas akan muncul. Faktor-faktor tersebut hanya merupakan faktor penunjang atau ketidakhadirannya merupakan faktor penghambat. Akan tetapi akhirnya yang paling menentukan adalah unsure-unsur intrapsikis dari diri pribadi individu itu sendiri. Karena itu mungkin saja timbul tokoh yang kreatif, walaupun lingkungannya tidak kondusif untuk perkembangan kreativitas.

2.4 Peran Serta Masyarakat
Dalam suatu daerah tentunya sudah ada wadah yang menampung dan membina bakat dalam bidang seni dan visual dan pertunjukan. Ada sekolah music, sekolah tari, sanggar melukis, dan lain sebagainya.

Demikian pula untuk bakat dalam bidang psikomotor, seperti olahraga, juga cukup tampak lembaga pendidikan atau perkumpulan yang menangani berbagai bidang olahraga, seperti berenang, bulu tangkis, sepak bola, atletik, dan lain-lainnya yang diprakarsai oleh masyarakat. Bahkan akhir-akhir ini tampak diadakan kursus-kursus untuk berbagai macam ketrampilan seperti menjahit, memasak, tekhnik computer, dan sebagainya. Tetapi lembaga yang khusus bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif melalui berbagai media masih sangat sedikit.
Yang masih perlu digalakkan di Negara ini adalah peran serta masyarakat dalam pengadaan program pendidikan anak berbakat yang merupakan kerja sama antar sekolah dan keluarga. Yang perlu dilakukan ialah menemukan penerapan spesifik dari sumber-sumber social cultural yang memupuk perkembangan kreatif dalam lingkungan pendidikan. Agar melalui magic synthesis anak berbakat kita dapat menjadi pribadi yang unggul serta kreatif.
Pendapat dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-fakor social-budaya dengan pengembangan kreatifitas anggota masyarakat menunjukkan kesamaan dengan temuan pakar dan peneliti diluar negeri sehubungan dengan kondisi social-budaya yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa. Faktor penentu yang dimaksud melalui antara lain, adanya interaksi antara dua gerak psikologis, yaitu pengendalian konservatif dan tantangan menghadapi pembaruan, perkembangan teknologi tingkat tinggi yang digunakan secara efektif, keterbukaan terhadap rangsangan budaya baru yang memungjan pembuahan saling system antar budaya, adanya kebebasan untuk ungkapan kretif dan komunikasi, dan keterpaduan kebudayaan Indonesia yang baru dengan kebudayaan dunia yang sedang tumbuh.
Peran serta masyarakat dalm penyalenggaraan pelayanan pendidikan anak berbakat dapat terwujud melalui barbagai bentuk kerja sama. Anak berbakat dapat mengunjungi beberapa tempat kerja bisnis dan organisasi, dan memperoleh latihan disana. Pemimpin ataupun tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki keahliam atau ketrampilan dalam bidang tertentu dapat memberi pengetahuan terhadap anak-anak, sehingga dengan demikian melatih ketrampilan penelitian dan mendekatkan siswa terhadap masalah nyata dalam kehidupan. Program luar sekolah dapat membantu memenuhi kebutuhan kognitif (mengembangkan ketrampilan berpikir), afektif (berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang dewasa yang kreatif), dan generatif (menemukan cara-cara baru untuk memecahkan masalah).
Akhir-akhir ini telah tampak peran serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta siswa berbakat dalam berbagai bidang dengan menyelenggarakan kursus, pelatihan, sanggar, dan sebagainya. Namun masih perlu digalakkan adalah kerja sama tiga lingkungan pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat) dalam pengadaan berbagai alternative program pendidikan anak berbakat.

2.5 Kebudayaan yang “Creativogenic”
Bronowski menemukan dua puncak kejayaan kreativitas dalam sejarah Barat;kebudayaan Yunani antara 600 dan 300 SM dan zman Reinnassance.Agaknya dalam kebudayaan-kebudayaan tertentu kreativitas lebih dihargai sehingga lebih berkembang daripada dalam kebudayaan-kebudayaan lainnya.Silvano Arieti menamnakn kebudayaan itu seperti kebudayaan”creativogenic”,yaitu kebudayaan yang menunjang ,memupuk dan memungkinkan perkembangna kreativitas.
Arieti mengemukakan sembilan faktor sosiokultural yang “creativogenic”
1.         Tersedianya sarana kebudayaan
2.         Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
3.         Penekanan pada “becoming” tidak hanya”being”
4.         Memberikan kesempatan bebas terrhadap media kebudayaan bagi semua warga negara tanpa diskriminasi
5.         Timbulnya kebebasan atau paling tidak hanya ada diskriminasi yang ringan setelah pengalaman tekanan dan tindasan yang keras ,merupakan insentif atau tantangan terhadap pertumbuhan kreativitas.
6.         Keterbukaan terrhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda
7.         Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
8.         Adanya interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti
9.         Adanya insentif ,penghargaan atau hadiah

2.6 Kebudayaan ,Kreativitas dan Keunggulan
Simonton memusatkan perhatian pada kondisi  kebudayaan yang  menunjang atau menghambat munculnya tkoh-tokoh unggul kreatif.Simonton membuat perbedaan kritis antara dua tahap dalam kehidupan pencipta yaitu:
1.        Kejadian sosiokultural yang dapat mempunyai pengaruh terhadap masa produktivitas pencipta
2.        Kejadian sosiokultural yang dapat berpengaruh terhadap perrkembangan pencipta.
Simonton mengemukakan tujuh perrubah yang mempengaruhi perkembangan kratif seseorang yaitu:
1.            Pendidikan Formal
2.            Adanya pencipta ulang yang menjadi model peran
3.            Zeitgeist yaitu adanay pengaruh dari iklim mental pada kala waktu tertentu dalam sejarah
4.            Fragmentasi Politis
5.            Keadaan perang
6.            Gangguan sipil
7.            Ketidakstabilan politis
Kesimpulam nya,budaya dapat berpengaruh dalam memudahkan atau menghambat pengembangan kreatiivtas selama tahun-tahun formatif dari anak-anak dan pertumbuhan bakat.
Arieti menunjukkan bahwa adda beberapa pandangan yang berbeda.Di satu pihak ,ada yang berpandangan bahwa genius dibentuk oleh kebudayaan.Di lain pihak,ada yang berpandangan bahwa kebudayaan baru dibentuk atau dicipta oleh genius.

2.7 Kebudayaan Indonesia dan Pengembangan Kreativitas
Menurut  Toeti Noerhadi sejarah manusia dapat dikembalikan pada interaksi antar dua gerak psikologi ,yaitu yang bersifat pengemdalian konservatif dan suatu daya kreatif yang mempertanyakan pengalaman masa lalu dan menghadapi pembaruan.
Selo Semardjan menekankan bahwa ornag yang benar-benar kreatif memilki sistem nilai dan sistem apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat ramai.
Harsya Bachtiar seperti juga Rogers memaparkan kebutuhan sosial akan kreativitas yang menghendaki suatu bentuk,struktur ,pola atau sistem  yang baru karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuh kebutuhan .Menurutnya,faktor lain yang  tidak kurang penting adalah pembuahan silang antar sistem budaya.

2.8 Bentuk Kerja sama dengan Masyarakat
Kelompok peminat didalma masyarakat merupakan unsur yang kuat dalam pengadaan program untuk siswa berbakat,terutama di negara-negara yang sistem sekolahnya belum melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat.Banyak negara lainnya melaporkan bahwa masyarakat merupakan sumber penunjang utama atau paling tidak salah satu sumber utama.
Program anak berbakat cukup banyak pula yang merupakan kerrja sama antara bisnis ddan industri dengan sekolah .Hal ini dapat berupa kunjungan ke tempat kerja,dengan sebelumnya ada pembelajaran persiapan.
Kemungkinan lain adalah bahwa para ahli atau spesialis dalam bidang tertentu datang ke sekolah untuk memberi ceramah,memberi demonstrasi dari pekerjaan mereka dengan mebagikan perralatan dan sebagainya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Frank “teh community becomes the classroom”.Siswa dapat “magang” bekerja di beberapa perusahaan atau pabrik .Hubungan mentor dengan orang-orang bisnis atau ilmuan industri dapat memupuk perrkembangan keterampilan ,sikap ,nilai dan citra diri.

2.9 Memanfaatkan Sumber dalam Masyarakat
Koordinator program sebagai pengelola  dapat melakukan atau merrencanakan kegiatan sebagai berikut:
v   Menyediakan bus yang dapat menjadi laboratorium  mobil yang dapat membawa siswa ke lapangan.
v   Menghubungi perhimpunan orang-orang  yang sudah pensiun atau lanjut usia
v   Menghubungi orangtua yang dapat mengajar dalam bidang minat mereka
v   Memanfaatkan fasilitas perusahaan yang letaknya dekat sekola yang memberikan kesempatan belajar
v   Menggunakan tape recorder yang memungkinkan siswa menjajaki daerah tertentu untuk melakukan survei atau mengkaji topik tertentu
v   Mengunjungi perusahaan telepon
v   Mengunjungi stasiun televisi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta siswa berbakat sudah semakin banyak ditemukan akhir-akhir ini seperti kursus, pelatihan, sanggar, dan sebagainya. Demikian pula untuk bakat dalam bidang psikomotor seperti olahraga dan bahkan sekarang sudah banyak ditemukan kursus untuk berbagai macam keterampilan seperti menjahit, memasak, kecantikan, dan sebagainya yang mengembangkan berbagai talenta. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan anak berbakat dapat terwujud  melalui berbagai bentuk kerja sama.


DAFTAR PUSTAKA

Saleh Abdul Rahman,Wahab muhbib Abdul, 2004, Psikologi Suatu PengantarDalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana
Rahmawati Yeni, Kurniawati Euis, 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak. Jakarta: Fajar Inter PratamaOffset.
Munandar Utami, 1999. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Gerungan.W.A, 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresto.
Reni Akbar Hawardi, R. Sihadi Darmo Wiharjo, Mardi Wiyono, 2001. Kreativitas. Jakarta: Grasindo



No comments:

Post a Comment