Saturday, 31 March 2018

BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat  kercenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok kelompok tertentu. Di mulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan berapakali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain, dan mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.
Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan meningkatnya perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi, yang selanjutnya akan membentuk prilaku kelompok. Salah satu topik menarik dalam bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai perilaku kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Hal ini akan saling bersinergi manakala aktifitas akan bersentuhan satu sama lain dalam membentuk satu capaian yang di inginkan bersama.
Kelomppok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan, dan bisa mempengaruhi prilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Perilaku organisasi adalah lebih dari sekedar kumpulan logika dari perilaku individu. Juga prilaku kelompok yang juga berinteraksi dan aktivitas dalam kelompok.

1.2 Tujuan
1.      Mengetahui bagaimana cara berprilaku dalam berorganisasi.
2.      Bisa menyesuaikan prilaku yang seharusnya dilakukan dalam berorganisasi.
3.      Untuk menjadi pedoman dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Proses Kelompok dan Prilaku Anggota
Proses kelompok dan perilaku anggota telah menjadi bagian yang semakin sentral disiplin psikologi sosial, menangani masalah prasangka, diskriminasi, pengurangan konflik, persuasi dan pengaruh sosial, kekuasaan, pengambilan keputusan kelompok dan loyalitas etnis.
Program ini membahas isu-isu penelitian meliputi utama dan saat ini seperti kontak antarkelompok, proses sosial dan kognitif yang mendasari prasangka, diskriminasi, protes kolektif, pengambilan keputusan kelompok, kepemimpinan dan kinerja kelompok. Hal ini diakui oleh Dewan Ekonomi dan Sosial Research sebagai dasar untuk penelitian PhD dan mahasiswa cocok didorong untuk pergi untuk mendaftar untuk gelar PhD.
Psikologi Kent menawarkan lingkungan yang mendukung, dinamis dan beragam untuk penelitian kreatif dan belajar. Kami sangat dihargai sebagai pusat Eropa terkemuka untuk penelitian pascasarjana. Reputasi internasional lama terbentuk kami dalam psikologi sosial dilengkapi dengan kekuatan kami dalam psikologi kognitif, perkembangan dan forensik. Sekolah ini menarik ulama mengunjungi baik dan mahasiswa pascasarjana dari kedua di Inggris dan luar negeri. Beberapa mahasiswa PhD kami didanai sendiri, dan lain-lain didanai oleh hibah atau penghargaan baik dari Sekolah, Inggris atau negara asal mereka. Beberapa juga dibayar untuk melakukan pengajaran paruh waktu dalam Sekolah.
Sekolah memiliki track record yang kuat untuk menarik ESRC dana penelitian beasiswa, yang melibatkan kemitraan dengan organisasi eksternal seperti Age Concern Inggris dan Kesetaraan dan Komisi Hak Asasi Manusia dan Student ships kolaboratif dengan mitra seperti People Amerika.

2.2 Interaksi Dalam Kelompok
2.2.1 Teori keterpaduan kelompok
a. Teori Praeksperimental
1.      Gustave Le Bon (dalam Sarwono, 2001:83-85), yang menyatakan bahwa massa (crowd) mempunyai pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan kehendak sendiri yang tidak sama dengan yang ada pada pribadi. Massa mempunyai jiwa (Perancis:Ame) yang berbeda dengan jiwa pribadi. Ame kelompok adalah irasional, impulsif, agresif, tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan, dan bagai dipengaruhi hipnotis.
2.      McDougall, menyetujui bahwa jiwa massa berbeda dengan jiwa individu. Sebagai pengendali perilaku kelompok adalah naluri emosi. Naluri emosi membedakan perilaku kelompok yang teterorganisir dan tidak terorganisir. Perbedaannya adalah pada naluri takut dan marah yang sifatnya primitif. Jika naluri primitif yang disentuh, kumpulan orang yang manapun akan bereaksi primitif (impulsif, agresif, destruktif). Tetapi ada emosi-emosi yang lebih tinggi yang sama-sama tumbuh dalam kelompok tertentu. Misalnya jika terjadi tawuran antar pelajar SMP maka para pejalan kaki, penumpang bus dan pedagang kaki lima tidak ikut-ikutan (terlibat). Jiwa kelompok barn timbul jika terdapat 4 faktor yang menyebabkan yaitu:
ü  Kelangsungan keberadaan kelompok.
ü  Adanya tradisi, kebiasaan, adat.
ü  Ada organisasi dalam kelompok (diferensiasi fungsi).
ü  Kesadaran diri kelompok.
Tentang solidaritas kelompok menurut McDougall tergantung pada:
ü  Pengetahuan tentang kelompok.
ü  Attachment (keterikatan) kepada kelompok.
ü  Bion, merupakan penganut psikoanalisis. Berpendapat bahwa kelompok tidak sama dengan kumpulan individu, tetapi merupakan kesatuan dengan ciri dinamika dan emosi sendiri. Kelompok merupakan makrokosmos individu. Analog dengan individu, kelompok dikendalikan oleh 3 sistem psikologi yaitu:
ü  Id yang berupa kebutuhan dan motif kelompok .
ü  Ego yang berupa tujuan dan mekanisme kerja kelompok.
ü  Superego yaitu keterbatasan-keterbatasan kelompok.
b. Teori-teori eksperimental
1.      Festinger, Schachter &• Black, menyatakan bahwa keterpaduan kelompok (group cohesiveness) diawali oleh ketertarikan terhadap kelompok dan anggota kelompok, dilanjutkan dengan interaksi social dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut ketergantungan. Selanjutnya kekuatan-kekuatan di lapangan akan menimbulkan perilaku kelompok berupa kesinambungan keanggotaan dan penyesuaian terhadap standar kelompok. 
2.      Lott & Lott, menyimpulkan bahwa keterpaduan kelompok dipengaruhi oleh hal-hal berikut: 
ü  Hubungan antar relatif sukarela antara orang-orang yang tidak terlalu jauh berbeda dalam hal-hal yang menjauhkan antarpribadi, seperti suku dan ras.
ü  Hubungan kerjasama atau kompetisi yang masih dalam batas-batas yang sesuai dengan norma.
ü  Penerimaan oleh orang-orang (saling menerima).
ü  Adanya ancaman atau bahaya dari luar yang hams dihadapi bersama.
ü  Status yang homogen, status yang tingggi atau adanya ketidakmungkinan untuk naik ke status yang lebih tinggi.
ü  Perilaku dan sifat-sifat pribadi yang berguna untuk memenuhi fungsi kelompok yang khusus (misalnya bersuara bagus untuk kelompok paduan suara, ahli bela diri untuk kelompok gangster).
ü  Sikap, nilai-nilai dan Tatar belakang yang sama dan kepribadian yang saling mengisi dan relevan dengan eksistensi dan tujuan kelompok .
ü  Adanya ritual (upacara, kebiasaan, tradisi, basa-basi) dan inisiasi (masa percobaan) yang tidak menyenangkan.
Dampak dan keterpaduan kelompok adalah sebagai berikut:
ü  Agresivitas sebagai reaksi terhadap gangguan dan luar.
ü  Evaluasi diri, menilai diri sendiri positif oleh orang-orang yang menyenangi da'n menilai positif orang-orang yang disenangi.
ü  Evaluasi yang berlebihan tentang kemampuan atau keunggulan kelompok sendiri.
ü  Evaluasi positif terhadap kelompok dan hal-hal yang berhubungan dengan kelompok.
ü  Persepsi tentang kesamaan antarpribadi dalam hal sikap, perilaku dan kepribadian.
ü  Komunikasi yang lebih bebas hambatan.
ü  Konformitas pada standar kelompok yang berkaitan dengan sikap dan perilaku (penampilan).

2.3 Teori Identitas Sosial
Dipelopori oleh Henri Tajfell, dalam upaya untuk menjelaskan prasangka, diskriminasi, konflik antar kelompok dan perubahan sosial. Perilaku kelompok berbeda dengan perilaku individu. Yang termasuk dalam perilaku kelompok adalah ethnosentrisme, group bias, kompetisi dan diskriminasi antar kelompok, stereotip, prasangka, konformitas dan keterpaduan kelompok. Proses yang mendasari perilaku kelompok adalah kategorisasi dan perbandingan sosial. Hal ini menekankan pada penekanan persamaan terhadap hal-hal yang terasa sama dan penekanan pada perbedaan pada hal-hal yang terasa berbeda. Pada akhirnya kategorisasi dan perbandingan sosial ini meningkatkan persepsi ingroup. Tidak ada kebenaran yang semata-mata obyektif, semua kebenaran disimpulkan dari perbandingan.
Teori identitas soisal juga digunakan untuk menjelaskan perubahan sosial pada tingkat makro sosial yaitu:
ü  Mobilitas sosial, adalah perpindahan individu dari kelompok yang lebih rendah ke kelompok yang lebih tinggi yang terjadi jika peluang untuk hal ini terbuka.
ü  Perubahan sosial itu sendiri, misalnya dengan menggeser statusnya ke atas dalam kelompok atau meningkatkan citra kelompok.

2.4 Teori Kategorisasi Diri
Dikemukakan oleh Turner, memberikan tekanan pada faktor kognisi. Dasar dan teori ini adalah bahwa orang-orang menggolongkan diri dalam berbagai tingkat abstraksi; ingroup-outgroup (identitas sosial), bodoh-pandai, cantik-jelek, pemimpin-pengikut, kaya-miskin dan lain-lain. Terjadinya kategorisasi din menurut Rabbie, Schot & Visser, bukan disebabkan oleh karena setiap orang mencari identitas diri sosial yang positif, melainkan karena setiap orang menginginkan untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dalam kelompok (economic self interest).
Teori identitas sosial dan kategorisasi diri menjelaskan hubungan antar kelompok:
ü  Kategorisasi din dan pemberian prioritas kognitif (cognitive priming) meningkatkan persepsi tentang homogenitas dalam kelompok.
ü  Kecenderungan polarisasi (kategorisasi dua kutub misalnya hitam-putih) dapat meramalkan ektremitas.
ü  Kelompok yang mempunyai harga din rendah, tidak dapat melepaskan diri dari pengalaman masa lalu.
ü  Identitas sosial dapat menggunakan berbagai kategorisasi, yang paling sering adalah ras, etnik dan warna kulit.
ü  Kelompok minoritas lebih menunjukkan diferensiasi daripada kelompok mayoritas. 
2.5 Perbedaan Antara Konseling Kelompok Dengan Psikoterapi Kelompok
2.5.1 Konseing Kelompok
Konseling kelompok merupakan proses konseling yang dilakukan dalam setting kelompok untuk membanu individu dala engatasi masalah yang dihadapi secra bersama-sama.
Dalam konseling kelompok konselor atu psikologi dengan latihan khusus bekerja dengan kelompok yang dapat menjadi fasilitataor dalam kegiatan konseling kelompok. Metode yang digunkan berpusat pada proses kelompok dan perasaan anggotanya, jumh anggota 2-7 orang disetiap kelompoknya. Peran anggota konseling kelompok aktif membahas masalah pribadi serta memecahkan masalah orang lain atau dalam mengembangkan upaya pengembangan pribadi anggota. Teknik yang digunakan psiko-edukasional, kegiatan konseling kelompok dapat berlangsung sesuai dengan tingkat ketuntasan pemecahan masalah individual anggota.

 2.5.2        Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhdap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Dlam bimbingan kelompok fasilitator yang dapat memberi bimbingan seperti guru, konselor, petugas pemberi bantuan yang profesional. Metode yang digunakan seperti instruksional, informasi, berorientasi pada materi yang dijarkan, penyajian terstruktur, presentasi ceramah atau diskusi. Jumlah anggota dalam bimbingan kelompok 2-15 orang, bentuk kegiatan berupa permainan instruksional, suasana interaksi dalam bimbingan konseling multi arah dan aktif
2.5.3 Psikoterapi kelompok
Psikoterapi kelompok adalah terapi dimana orang yang memiliki penyakit emosional yang dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk mebantu satu sama lainnya dalam menjalani perubahan kepribadian.
Dalam psikoterapi kelompo fasilitator yang memberi materi psikoterpi khusus dan petugas yang mempunyai latar belakang dan latihan mengenai individual yang “upnormal”. Metode yang digunakan berpusat pada proses kelompok dan perasaan anggotanya, jumlah anggota berkisar 5-10 orang tetapi jumlah yang ideal untuk kelompok adalah 7 atau 8 orang. Anggota yang mengikuti psikoterapi kelompok adalah individu yang neorotis dan psikotis yang membutuhkan perawatan pengubahan kepribadian, peran pembimbing harus dapat menciptakan dan memelihara kelompok, membangun budaya kelompok aktivasi dan aluminasi, lama kegiatan psikoterapi kelompok nara 80 hingga 90 menit dalam sekali pertemuan, pertemuan anatara satu minggu hingga lima kalai dalam seminggu.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses Kelompok dan Prilaku Anggota
Proses kelompok dan perilaku anggota telah menjadi bagian yang semakin sentral disiplin psikologi sosial, menangani masalah prasangka, diskriminasi, pengurangan konflik, persuasi dan pengaruh sosial, kekuasaan, pengambilan keputusan kelompok dan loyalitas etnis.
Interaksi Dalam Kelompok
a. Teori Praeksperimental
3.      Gustave Le Bon (dalam Sarwono, 2001:83-85), yang menyatakan bahwa massa (crowd) mempunyai pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan kehendak sendiri yang tidak sama dengan yang ada pada pribadi. Massa mempunyai jiwa (Perancis:Ame) yang berbeda dengan jiwa pribadi. Ame kelompok adalah irasional, impulsif, agresif, tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan, dan bagai dipengaruhi hipnotis.
4.      McDougall, menyetujui bahwa jiwa massa berbeda dengan jiwa individu. Sebagai pengendali perilaku kelompok adalah naluri emosi. Naluri emosi membedakan perilaku kelompok yang teterorganisir dan tidak terorganisir. Perbedaannya adalah pada naluri takut dan marah yang sifatnya primitif. Jika naluri primitif yang disentuh, kumpulan orang yang manapun akan bereaksi primitif (impulsif, agresif, destruktif).




No comments:

Post a Comment